Medan (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara meminta Kepolisian di daerah tersebut agar mengusut dan mencari anak yang hilang karena diduga dipengaruhi aliran sesat yang sangat meresahkan masyarakat.

"Kepolisian diharapkan dapat bekerja ekstra keras untuk menemukan anak-anak yang hilang itu, yang hingga kini tidak diketahui dimana keberadaan mereka," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara H Abdullah Syah di Medan, Jumat.

Sebelumnya, sejumlah warga yang merasa kehilangan anak perempuannya karena diduga terlibat aliran sesat mendatangi Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara di Medan, Kamis (28/4) untuk menemui Kapolda Inspektur Jenderal Polisi Wisjnu Amat Sastro.

Warga yang berjumlah 13 orang itu tiba di Mapolda Sumut sekitar pukul 10.00 WIB dan menunggu di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Terpadu.

Khudri Ahmad, warga Tanjung Gading, Kabupaten Batubara yang merupakan salah satu orang tua yang kehilangan anaknya bernama Deyulanti mengatakan, pihaknya dijanjikan untuk bertemu Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro pukul 10.30 WIB.

Namun pihaknya mendapatkan konfirmasi jika pertemuan itu ditunda hingga pukul 12.00 WIB karena Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro memiliki kesibukan lain.

"Kami masih menunggu. Mudah-mudahan bisa ketemu (Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro)," katanya.

Abdullah Syah mengatakan, anak-anak yang dilaporkan hilang dari beberapa kabupaten/kota di Sumut, juga ada yang berstatus mahasiswa di Kota Medan.

Bahkan, jelasnya, anak-anak yang hilang itu lebih banyak wanita, sehingga para orang tua juga merasa heran dengan peristiwa tersebut.Ini harus dapat ditemukan secepatnya.

"Anak-anak yang hilang itu, diduga terpengaruh dengan ajaran sesat atau bisa masuk kelompok Negara Islam Indonesia (NII)," kata Guru Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara.

Selanjutnya dia mengatakan, remaja putra-putri yang menghilang dan tidak diketahui dimana rimbanya itu, sejak tahun 2008, 2009 dan bahkan 2010.

"Kasus tersebut, sebelumnya telah pernah dilaporkan ke Kepolisian dan MUI Medan.Mereka yang hilang itu diharapkan secepatnya bisa ditemukan pihak berwajib," katanya.


Sepuluh keluarga kehilangan anak

Sedikitnya terdapat 10 keluarga yang merasa kehilangan anak perempuannya karena diduga dipengaruhi aliran sesat.

Ke-10 perempuan itu adalah Deyulanti anak Khudri Ahmad, warga Tanjung Gading, Batubara (hilang sejak 26 Maret 2009), Nurhidayah anak Bachtiar, warga Jalan Pelita IV Medan (hilang sejak 2 Desember 2008), dan Mawaddah anak Fuad Sambas, warga Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai (hilang sejak 31 Desember 2008).

Kemudian, Kiki Amalia anak Arman Lubis, warga Jalan datuk Kabu, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang (hilang sejak Juli 2008), Gusti Khairani Simatupang anak Nurlaili Jamil, warga Jalan Garu IV Medan (hilang sejak 25 Januari 2009), Dori Israwani Siregar anak PO Siregar, warga Perumnas Mandala Medan (hilang sejak 14 Oktober 2009).

Setelah itu, Yuli Mayasari anak Iwani (hilang sejak Juli 2006), Surya Hidayati anak Suriyati, warga Kampung Sidomulyo, Kisaran, Kabupaten Asahan (hilang sejak 24 Mei 2009), dan Supmalia anak Yusuf, warga Jalan Sempurna Pasar 7 Tembung, Kabupaten Deli Serdang (hilang sejak April 2008). (M034/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011