Denpasar (ANTARA News)- Pengamat ekonomi dari Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Ramantha SE MM Ak CPA mengatakan, jumlah "entrepreneur" atau wirausahawan di dalan negeri masih sangat minim, yakni kurang satu persen dari total penduduk Indonesia.

"Seharusnya minimum dua persen atau bahkan idealnya mengarah ke empat persen," kata Prof Ramantha yang juga Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana di Denpasar, Sabtu.

Usai peresmian program konsentrasi kewirausahaan di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, ia menyebutkan, melihat kondisi tersebut, Indonesia perlu terus mengupayakan agar jumlah warga yang tertarik pada dunia wirausaha terus meningkat.

"Jumlah wirausahawan perlu terus ditingkatkan. Apalagi jika mengacu pada negara lain, jumlah `entrepreneur` di Indonesia jauh lebih rendah," paparnya.

Prof Ramantha mencontohkan, Malaysia memiliki wirausahawan sebanyak empat persen dari total penduduk Negeri Jiran itu. Singapura tujuh persen, dan negara-negara di benua Eropa dan Amerika lebih dari sembilan persen.

Keadaan alam Indonesia yang subur, kata Ramantha, setidaknya menjadi salah satu penyebab mengapa hingga saat ini masih sedikit orang Indonesia yang mau menjadi wirausahawan.

"Ibaratnya, di Indonesia, kayu bisa diolah menjadi makanan. Ini yang menjadikan bangsa Indonesia lengah dalam bersaing. Berbeda dengan negara lain seperti Jepang, kondisi alamnya yang sulit, telah menyebabkan mereka lebih tertantang berwirausaha," ucapnya, menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Bali Gde Sumarjaya Linggih mengatakan, untuk di Bali sendiri jumlah wirausahanya baru mencapai kisaran 0,18 persen.

"Kondisi ini jika tidak segera tertangani, akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia usaha," ucapnya.

Ia mengungkapkan, usaha kecil dan menengah akan semakin sulit bersaing jika tak diimbangi dengan pengetahuan dan keterampilan wirausaha yang memadai.

Untuk mengatasi permasalahan itu, menurut dia, diperlukan upaya membangun "link and match" antara pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi yang lebih optimal.

"Selama ini ketiga sektor sudah itu terjalin, hanya terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal, mereka saling membutuhkan," ujarnya, menegaskan.

Sumarjaya mengharapkan, bantuan pemerintah tidak hanya pada fasilitasi program dan materi, tetapi juga memberikan "networking" pada UMKM hingga ke luar negeri.

"Untuk kerja sama dunia usaha dengan perguruan tinggi dapat juga dicontohkan dengan menjalin MoU, seperti saat ini dilakukan antara Kadin Bali dengan Universitas Udayana," ujarnya.

Melalui kerja sama ini, mahasiswa bisa melakukan magang kewirausahaan pada dunia usaha yang tergabung dalam wadah Kadin Bali.

Selain itu, lanjut dia, untuk melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru, setidaknya diperlukan empat langkah, yakni melalui "learning", "observing", "experience", dan "mentoring".

"`Learning` atau pembelajaran dapat diperoleh melalui pendidikan di kampus. `Observing` melalui pengamatan langsung. Experience` atau pengalaman didapatkan melalui pemagangan pada dunia usaha, dan `mentoring` melalui pengajaran orang-orang yang berpengalaman di bidangnya," tutur Sumarjaya
(P004/C004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011