Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengemukakan, hingga kini belum diketahui posisi terakhir kapal berbendera Singapura "MT Gemini" yang dibajak perompak Somalia sejak 30 April silam.

"Sampai sekarang tidak ada kontak dari mereka, berbeda dengan saat kapal Sinar Kudus yang dibajak. Jadi, posisi terakhir juga tidak dapat diketahui," katanya, di Jakarta, Kamis.

Ditemui usai pertemuan kelima Menteri Pertahanan se-ASEAN, ia mengemukakan, ketiadaan kontak itu membuat pihak Singapura maupun pemerintah Indonesia tidak bisa membuat keputusan tentang tindakan penyelamatan.

Purnomo mengatakan, baik Singapura maupun Indonesia belum tahu apa yang diinginkan perompak.

"Situasi itu berbeda dengan pembajakan kapal Sinar Kudus. Saat itu awak kapal bisa menghubungi keluarga. Perompak juga langsung menghubungi pemilik kapal dan menyatakan minta tebusan," katanya.

"Kami sudah bicara dengan Singapura, tapi mereka juga bingung karena tidak ada komunikasi," tambah Menhan.

Menurut Menhan, pemerintah Indonesia siap membantu upaya penyelamatan kapal Gemini, termasuk jika harus dilakukan operasi militer lagi.

"Kita siap operasi militer kalau Singapura meminta. Pemerintah secara resmi sudah menyampaikan tawaran bantuan operasi militer kepada pemerintah Singapura. Tapi sampai kini belum ditindaklanjuti karena tidak ada komunikasi dengan perompak," kata Purnomo.

Seperti diberitakan sebelumnya, otoritas maritim di Pelabuhan Singapura pada Sabtu (30/4) malam menerima laporan bahwa perompak telah membajak kapal tangki kimia berbendera Singapura MT Gemini di lepas pantai Kenya.

Di dalam kapal tersebut terdapat 25 anak buah kapal yang terdiri dari 13 warga negara Indonesia, empat warga Korea Selatan, tiga warga Myanmar, dan lima warga China.

Saat kejadian berlangsung, kapal tangki tersebut berada sejauh 192 kilometer laut dari Dar es Salam, Tanzania.

Otoritas juga mengatakan, kapal tangki itu sedang dalam perjalanan menuju Mumbasa, Kenya, dari Kuala Tanjung Indonesia.(*)
(T.R018/S024)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011