Bratislava (ANTARA News) - Operasi pemboman NATO di Libya telah mengurangi secara berarti kekuatan militer Moamer Kadhafi, kata Sekretaris Jendral Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen, Kamis.

"Kami telah mengurangi secara berarti mesin perang Kadhafi dan kini kami melihat hasilnya -- oposisi mencapai kemajuan," kata Rasmusseun setelah perundingan dengan Presiden Slovakia Ivan Gasparovic di ibu kota negara itu, Bratislava, demikian AFP melaporkan.

"Rejim Kadhafi semakin terkucil setiap hari," kata pemimpin NATO itu.

"Kami akan tetap melakukan tekanan kuat militer terhadap rejim Kadhafi dan saya yakin perpaduan tekanan militer yang kuat dan peningkatan tekanan politik serta dukungan bagi oposisi pada akhirnya akan mengarah pada keruntuhan rejim tersebut," katanya.

Pemimpin NATO itu merinci tiga sasaran operasi aliansi tersebut di Libya dan berjanji melanjutkan misi itu sampai semuanya selesai.

"Ada tiga sasaran militer yang jelas dalam operasi kami," kata Rasmussen kepada wartawan.

"Pertama, diakhirinya seluruh serangan terhadap penduduk sipil. Kedua, penarikan pasukan militer Kadhafi dan paramiliter ke pangkalan-pangkalan mereka. Dan yang ketiga, akses segera dan tanpa halangan bagi orang yang membutuhkan di Libya," lanjutnya.

"Kami akan melanjutkan operasi kami sampai tujuan-tujuan ini tercapai," tambah pemimpin NATO itu.

Dengan pemboman NATO yang hampir setiap hari, pasukan Kadhafi kini kehilangan banyak wilayah di kawasan timur negara itu yang jatuh ke tangah pemberontak.

Namun, Kamis, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di Libya memburuk di tengah upaya-upaya gagal untuk mencapai gencatan senjata.

Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.

Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Kadhafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Kadhafi kemudian dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.  (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011