Beragam tantangan saya hadapi......cuaca ekstrem di tiap negara, menyeberangi lautan luas...beragam tradisi, atau birokrasi saat akan mendarat di suatu negara....
Jakarta (ANTARA News) - Hujan mengguyur dan pandangan tidak cukup jauh bagi mata telanjang menembus guyuran butir-butir air itu. Dari kejauhan, pelan-pelan satru bentuk satu pesawat terbang swayasa menjadi jelas dan bisa mendarat di Lapangan Terbang Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur.

Setelah pesawat terbang swayasa berkursi tunggal itu berhenti sempurna, pada Jumat siang, banyak orang dan pecinta olahraga dirgantara yang menunggu-nunggu kehadiran wahana terbang itu bersorak gembira. Bukan cuma karena kedatangan pesawat terbang dari Inggris itu, tapi lebih karena kemampuan pilotnya.

Penerbang yang mendaratkan pesawat swayasa itu menyandang keadaan tuna daksa pada kedua kakinya.  Dia adalah Dave Sykes, pilot tuna daksa asal Inggris, mendarat di Indonesia untuk menyelesaikan misinya memecahkan rekor terbang solo microlight  menempuh rute York, Inggris menuju Sydney, Australia.

Indonesia menjadi satu negara persinggahan dalam penerbangan solo tiga benua itu.

Pria berusia 43 tahun itu langsung memarkir microlight-nya di hanggar Lapangan Terbang Wiladatika, disambut pengelola lapangan terbang setempat, Bagas Ardhadirga, dan beberapa jurnalis.

Dengan penuh senyum ia berkata, "Akhirnya tiba juga...". Sebelumnya, dia mendarat di Palembang untuk mengawali perjalanannya di Indonesia menuju Sydney, Australia.

Penerbangan lintas benua memakai pesawat terbang swayasa single seater itu dia lakukan untuk memperingati 80 tahun penerbangan serupa atas nama Amy Johnson.

Dari Jakarta, Sykes akan terbang menuju Semarang, Surabaya, Bali, Bima, Kupang, melintas ke Darwin di Australia Utara dan mengakhiri perjalanannya di Sydney, negara bagian New South Wales di sisi tenggara Australia.

Dengan menerbangi rute memakai wahana angkasa seperti itu, menjadikan Sykes penerbang tuna daksa pertama di dunia yang mencetak raihan prestasi itu.

Sykes mengalami kecelakaan lalu lintas berat pada November 1993 hingga kakinya lumpuh. Kakinya yang lumpuh tidak menjadikan dia tidak cekatan untuk melakukan berbagai hal secara mandiri.

Setelah memarkir pesawat ultra ringannya di hanggar, dia segera menurunkan peta rute perjalanannya, dan secara mandiri dia "merakit" kursi roda, yang dalam penerbangan itu disimpan di bagian belakang pesawat sport jenis strike Pegasus Quick GT-nya.

Setelah selesai merakit kursi roda dan meletakkan di sisi kirinya dia turun perlahan untuk duduk di kursi tersebut.

Ia menuturkan, dirinya akan menempuh jarak sekitar 11.714 mil laut atau sekitar 21.709 kilometer dari York, Inggris hingga Sydney Australia.

"Beragam tantangan saya hadapi. Sebutlah cuaca ekstrem di tiap negara, menyeberangi lautan luas, termasuk beragam tradisi, atau birokrasi saat akan mendarat di suatu negara untuk beristirahat dan mengisi bahan bakar," ujarnya.

"Ini saya juga lakukan untuk menggalang dana yang akan disumbangkan untuk pengadaan ambulans udara Yorkshire," katanya.  (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011