Paris (ANTARA News) - Dengan gempurannya atas Libya belum terselesaikan, Prancis dan Inggris telah dipaksa menerima bahwa penguasa Muamar Gaddafi tetap di sana jika tak berkuasa, meskipun ada seruan bagi pengadilan dunianya.

Inggris membantah sikap bersama itu melemah sesudah berulangkali menyeru Gaddafi keluar dari negerinya, sementara Prancis pada pekan lalu untuk pertama secara terbuka menyatakan orang kuat tersebut bisa tinggal berdasarkan atas kesepakatan.

Pengulas dan diplomat menyatakan sikap bersama pada pertemuan menteri luar negeri mereka pada Senin itu menunjukkan peningkatan tekanan untuk menggulingkan Gaddafi dan mengahiri gerakan tentara mereka, yang berlarut-larut daripada yang diharapkan.

"Ada tekanan dari pihak Prancis untuk mencoba menemukan jalan keluar politik," kata Denis Bauchard, dari lembaga hubungan antarbangsa berpusat di Paris IFRI.

"Inggris bersikap sama seperti Prancis, yang memimpin dalam hal persoalan itu," katanya.

Tapi, sedikit tanda bahwa Gaddafi segera melepaskan kekuasaan sesudah empat bulan negara Barat melancarkan serangan udara untuk menghancurkan pasukannya, yang menumpas pemberontakan.

Perwira Amerika Serikat Laksamana Michael Mullen baru-baru ini berbicara tentang kebuntuan dalam gempuran NATO, yang dilancarkan pada Maret terhadap pasukan Gaddafi "sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa" dan dipelopori Prancis dan Inggris.

Pejabat Prancis memperingatkan bahwa penyelesaian akan penuh kerumitan, karena Gaddafi harus dilindungi dari pembunuhan dan mungkin menuntut perlindungan dari penuntutan sebagai bagian dari kesepakatan.

"Satu-satunya jalan keluar, yang mungkin, adalah kaki Gaddafi pertama, mati," kata diplomat Prancis, yang minta namanya tak disebut.

Sumber diplomatik Inggris membantah terjadi perubahan atas siasatnya tentang Libya sesudah Menteri Luar Negeri William Hague menyatakan Gaddafi diizinkan tinggal di negara itu jika berhenti berkuasa, yang sebelumnya berulang kali menyerunya pergi.

Pengadilan Pidana Antarbangsa mengeluarkan perintah penangkapan atas Gaddafi dengan tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam penumpasan pemberontakan, yang dimulai pada tengah Februari.

"Ia harus diadili," kata sumber Inggris.

"Meninggalkan Libya adalah cara terbaik menunjukkan kepada orang Libya bahwa mereka tidak lagi hidup dalam ketakutan akan Gaddafi," kata Hague pada Senin menjelang pembicaraan dengan timpalan Prancis-nya Alain Juppe.

"Tapi, seperti yang saya katakan sejak lama, itu pada akhirnya merupakan masalah, yang diputuskan rakyat Libya," tambah Hague, "Apa pun terjadi, Gaddafi Harus menanggalkan kekuasaan."

Juppe menyatakan sekuktu dalam "kerjasama sempurna" atas tugas hukuman Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dimulai pada Maret, meskipun di Perancis, tugas itu dinyatakan terlalu lama.

"Kami pikir bahwa kami harus terus menekan kuat penguasa Libya itu dengan carra sama," katanya.

Pemimpin pemberontak Dewan Peralihan Negara Libya, Mustapha Abdel Jalil, tampak melunakkan sikapnya, dengan mengatakan dalam terbitan Senin "Wall Street Journal" bahwa Gaddafi dapat tinggal di Libya, tapi dengan syarat.

Ia menyatakan syarat itu akan diputuskan pemberontak, yang berjuang melawan pasukan Gaddafi, mencoba mengusirnya.

"Salah satu kemungkinan, yang dipertimbangkan, ialah bahwa ia tetap di Libya, tapi dengan syarat jelas bahwa ia menyingkir dari kehidupan politik," kata Juppe pada pekan lalu.

"Itulah yang kami tunggu sebelum memulai alur politik untuk gencatan senjata," katanya mengutip laporan AFP.

(SYS/B002/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011