Timika (ANTARA News) - Presiden Direktur & CEO PT Freeport Indonesia, Armando Mahler kembali mengimbau para karyawan perusahaan itu dan kelompok masyarakat yang lain agar segera membuka blokir jalan di Mil 27 agar suplai logistik, makanan dan obat-obatan termasuk avtur dari Pelabuhan Porsite Amamapare ke Timika dan Tembagapura tidak terhambat.

"Kita harapkan sekali saudara-saudara yang palang jalan untuk digerakkan hatinya oleh Allah untuk membuka jalan karena jalan itu untuk kebutuhan orang banyak," tutur Armando di Tembagapura, Minggu.

Menurut dia, dampak dari pemblokiran ruas jalan di Mil 27 sejak 10 Oktober lalu sangat besar bagi PT Freeport Indonesia. Pasalnya, seluruh logistik di area operasi PT Freeport disuplai dari Pelabuhan Portsite Amamapare.

"Selama jalan dipalang, logistik di area operasi sudah berkurang. Kalau kondisi ini terjadi berbulan-bulan maka dampaknya akan sangat besar ke depan. Jika demikian, sudah tentu akan berimbas pada berkurangnya kontribusi PTFI kepada negara," jelas Armando.

Ia mengatakan, selama ini setiap hari ribuan konteiner yang berisi logistik, bahan makanan, obat-obatan dan lain-lainnya diangkut menggunakan kendaraan darat dari Timika menuju Tembagapura melalui ruas jalan yang dipalang itu.

Salah satu dampak yang paling terasa dengan masih diblokirnya jalan di Mil 27 tersebut yaitu stok avtur di Bandara Mozes Kilangin Timika sudah habis sejak Jumat (14/10). Akibatnya, pada Sabtu (15/10) pihak Bandara setempat tidak lagi melayani pengisian avtur ke sejumlah maskapai baik komersial maupun perintis ke wilayah pedalaman Papua.

Kondisi itu mengakibatkan sejak Sabtu (14/10) maskapai Garuda Indonesia melakukan perubahan rute penerbangan. Sementara maskapai Merpati Nusantara pada Sabtu (14/10) batal terbang dari Makassar ke Timika.

Dengan tidak terangkutnya sebagian besar konteiner dari Pelabuhan Cargo Dok Portsite Amamapare, maka kapal-kapal pengangkut konteiner Freeport tidak bisa bongkar muat di pelabuhan tersebut.

Terkait masalah pemblokiran jalan di Mil 27 tersebut, menurut Armando, manajemen Freeport sudah menyerahkan penanganannya kepada aparat yang berwenang.

"Kami sudah bicara ke aparat untuk dapat bersikap tegas agar akses jalan di Mil 27 segera dibuka," tuturnya.

Senada dengan Armando, Director Eksekutif Vice Presiden & CAO PT Freeport, Sinta Sirait mengimbau PUK SPSI PT Freeport untuk membantu membuka blokir jalan yang dipalang karyawan dan kelompok masyarakat.

Menurut Sinta, sejak awal karyawan Freeport menggelar mogok kerja pada 15 September, PUK SPSI berkomitmen penuh agar aksi mogok yang dilakukan berlangsung tertib dan damai.

"Kami harapkan kerja sama dan bantuan rekan-rekan SPSI agar pemalangan jalan ini segera dihentikan. Kalau karyawan yang lain punya hak untuk mogok, maka karyawan yang lain juga punya hak untuk bekerja. Maka tidak diperkenankan untuk memblokir jalan yang akan dilalui oleh karyawan yang masih tetap bekerja," ujar Sinta.

Aksi pemalangan jalan di Mil 27 samping Bandara Mozes Kilangin Timika terjadi sejak Senin (10/10) pasca bentrokan antara aparat kepolisian dengan karyawan PT Freeport Indonesia di Terminal Gorong-gorong.

Karyawan yang marah atas peristiwa tewasnya rekan kerja mereka, Petrus Ayamiseba akibat terkena peluru tajam aparat, lalu membakar sejumlah mobil treler pengangkut konteiner PT Freeport serta memblokir ruas jalan di Mil 37.

Hingga saat ini aparat keamanan masih terus melakukan negosiasi dengan kelompok warga yang memblokir jalan tersebut untuk segera membuka akses jalan. Bahkan Ketua Tim Asistensi dari Mabes Polri, Brigjen Pol Paulus Waterpauw harus turun tangan untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat, namun sejauh ini belum juga menemui hasil. (E015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011