Den Haag (ANTARA News/AFP) - Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) melakukan "kontak informal" dengan Seif al-Islam, putra Muamar Gaddafi yang menjadi buronan, kata jaksa pengadilan itu, Jumat (SabtuWIB).

"Melalui perantara, kami melakukan kontak informal dengan Seif," kata Luis Moreno-Ocampo dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di kantor pusat pengadilan itu di Den Haag.

"Kantor jaksa menegaskan bahwa jika ia menyerah kepada ICC, ia memiliki hak untuk didengar kesaksiannya di pengadilan, ia tidak bersalah sampai terbukti bersalah," kata Moreno-Ocampo. "Hakim yang akan memutuskan."

Seif (39), dan kepala keamanan Gaddafi serta saudara iparnya, Abdullah al-Senussi (62), menjadi buronan utama setelah rejim Gaddafi terguling.

Mereka diburu oleh ICC dengan tuduhan kejahatan atas kemanusiaan, yang dilakukan setelah mletusnya pemberontakan menentang pemerintah Gaddafi pada pertengahan Februari. ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap ketiga orang itu pada 27 Juni.

Seif pada Selasa menyeberang masuk ke Niger bersama Senussi, kata seorang pejabat Tuareg.

Senussi telah pergi dari Niger ke Mali, kata sumber-sumber keamanan dari kedua negara itu, Kamis, dan ia berada dalam perlindungan suku Tuareg.

Tidak diketahui apakah Seif pergi bersama kelompok Senussi.

Pengumuman ICC mengenai kontak informal dengan Seif itu disampaikan di tengah meningkatnya keresahan internasional berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis (20/10).

Jenazah Gaddafi dimakamkan di sebuah lokasi gurun rahasia pada Senin (24/10).

Sehari setelah Gaddafi tewas, Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay mengatakan, kondisi seputar kematian pemimpin terguling Libya itu tidak jelas dan penyelidikan harus dilakukan.

"Mengenai kematian Gaddafi kemarin, keadaannya masih tidak jelas," kata Pillay, melalui juru bicaranya, Rupert Colville, Jumat (21/10).

"Ada empat atau lima versi berbeda mengenai bagaimana ia tewas," katanya.

"Harus dilakukan penyelidikan mengenai apa yang kita lihat kemarin," tambah juru bicara itu.

Ada tanda tanya yang belum terjawab seputar kematian Gaddafi -- rekaman gambar ponsel tampaknya menunjukkan ia ditangkap dalam keadaan berdarah-darah namun masih hidup dan kemudian dibunuh oleh para penangkapnya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menyerukan penyelidikan internasional atas kematian pemimpin kawakan Libya itu.

"Gambar yang kami lihat di televisi menunjukkan bahwa ia ditahan ketika terluka, dan kemudian, ketika sudah menjadi tahanan, ia dibunuh," katanya, Jumat (21/10), dalam wawancara yang disiarkan langsung di radio.

Lavrov mendesak penyelidikan internasional atas pembunuhan itu dan menambahkan, Rusia "yakin penyelidikan semacam itu akan dilakukan".

Para pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis (20/10). Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.

Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
(Uu.M014)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011