Palembang (ANTARA News) - PLN akan mengurangi pengoperasian pembangkit diesel di sistem kelistrikan Sumatera bagian selatan (sumbagsel) mulai tahun 2012, sehubungan dengan beroperasinya sejumlah pembangkit baru non-BBM pada tahun mendatang.

"Porsi pembangkit diesel di sistem Sumbagsel pada akhir 2012 diharapkan tinggal lima persen saja dibandingkan 16 persen saat ini yang dapat menghemat biaya pembelian bahan bakar minyak hingga Rp2,8 triliun," kata Manajer Produksi PT PLN Pembangkitan Sumbagsel, Irwansyah Putra di Palembang, Minggu.

Irwansyah mengatakan sistem Sumbagsel akan segera mendapat tambahan pasokan daya yang cukup signifikan pada tahun 2012. Untuk pembangkit batubara, dalam waktu dekat siap beroperasi PLTU Sibalang di Lampung 2X100 MW dan PLTU Teluk Sirih di Sumatera Barat 2X115 MW. Kedua pembangkit yang termasuk dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW tahap I itu masing-masing beroperasi Maret dan September 2012.

Tambahan pasokan lainnya akan datang dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Gas (PLTMG) Sei Gelam di Jambi 104 MW dan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Ulu Belu 2X55 MW. Kedua pembangkit baru ini dijadwalkan mulai beroperasi pada Juli tahun depan.

Keberadaan sejumlah pembangkit baru tersebut tentunya akan menggantikan peran pembangkit diesel yang terpaksa dioperasikan PLN dengan biaya mahal. Karena itu, konsumsi BBM di sistem pembangkitan Sumbagsel pun akan dapat diturunkan dari 12 juta kiloliter per tahun menjadi tujuh juta kiloliter per tahun.

"Penurunan konsumsi BBM ini setara dengan penghematan biaya sebesar Rp2,8 triliun berdasarkan harga rata-rata pembelian BBM Rp8.000 per liter," ungkap Irwansyah.

Menurut dia, biaya produksi listrik dari pembangkit diesel terus meningkat sejalan dengan melambungnya harga minyak dunia. Saat ini biaya produksi listrik dari pembangkit diesel yang ada berkisar Rp1.900-Rp3.300 per kilo Watt hour (kWh) tergantung dari usia pembangkitnya.

Sementara harga pokok produksi (HPP) pembangkit gas hanya Rp800 per kWh. Bahkan, biaya produksi rata-rata pembangkit batu bara lebih murah lagi, hanya Rp400 per kWh.

Atas dasar itu pula PLN Pembangkitan Sumbagsel, kata Irwansyah, akan terus menurunkan porsi pembangkit diesel di sistem Sumbagsel, dan di sisi lain berupaya menambah kontribusi pembangkit-pembangkit non-BBM.

Pada akhir 2012, porsi pembangkit batubara dalam kelistrikan Sumbagsel akan meningkat dari 41 persen menjadi 43 persen, pembangkit gas 21 persen dan pembangkit diesel berbahan bakar minyak hanya tinggal turun drastis dari 16 persen menjadi tinggal lima persen.

Khusus untuk Sektor Keramasan di Palembang, penggunaan pembangkit gas sudah mencapai 97 persen, pembangkit diesel tinggal tiga persen saja kontribusinya, kata Irwasyah.

Kedepannya, PLN akan lebih meningkatkan penggunaan gas untuk pembangkit-pembangkit peaker yang merupakan pembangkit pemikul beban puncak. Hingga semester pertama tahun ini, beban puncak sistem kelistrikan Sumbagsel telah mencapai 2.076 MW. sementara kapasitas terpasang yang ada di sistem pembangkitan Sumbagsel mencapai 2.600 MW.

"Keberadaan pembangkit-pembangkit baru itu juga bakal meningkatkan kehandalan sistem kelistrikan Sumbagsel sehingga mampu memenuhi pertumbuhan perminataan listrik di wilayah itu yang terus meningkat tiap tahunnya," ujar Irwansyah.
(T.F004/A011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011