Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Sardjono Jhonny Tjitrokusumo, memuji pilot pesawat Merpati tipe MA-60, Kapten R. Dwi Wahyu Nugroho, yang berhasil melakukan pendaratan darurat di Bandara Bima, Nusa Tengara Barat, Senin (12/12).

"Pendaratan darurat itu dilakukan setelah engine di bagian kiri pesawat mengalami kerusakan, pada saat pesawat dalam penerbangan dari Bandara Bima menuju ke Bandara Ngurah Ray Denpasar," kata Sardjono Jhonny Tjitrokusumo melalui siaran pers yang diterima ANTARA News, Selasa.

Sardjono Jhonny menjelaskan, kejadian kegagalan mesin yang dialami pesawat Merpati jenis MA-60 dengan nomor penerbangan MZ-623 setelah lepaslandas dari Bandara Bima menuju ke Bandara Ngurah Ray, Denpasar, Bali.

Meskipun pesawat tersebut melakukan pendaratan darurat dengan hanya menggunakan satu mesin, kata dia, tapi seperti layaknya pendaratan normal.

"Sebanyak 38 orang yang berada dalam pesawat, yakni penumpang dan awak pesawat seluruh selamat," katanya.

Menurut da, pendaratan darurat ini sebenarnya bukan kejadian yang luar biasa, tapi tindakan kapten pilot yang mengambil keputusan dalam waktu yang sangat cepat dan tepat untuk kembali ke Bandra Bima dan melakukan pendaratan darurat adalah tindakan yang luar biasa.

"Ini membuktikan sistem pelatihan pilot di maskapai penerbangan Merpati berjalan sangat baik, dimana setiap melaksanakan profisiensi check pilot dilatih untuk selalu siap menghadapi situasi darurat," katanya.

Pilot senior di maskapai penerbangan Merpati NUsantara Airlines, Silk Air, Qatar Airlinesitu menilai, kemampuan dan kehandalan pilot-pilot Merpati terus ditingkatkan dengan orientasi keselamatan ketika menghadapi situasi darurat dalam penerbangan.

Situasi darurat itu, menurut dia, ketika tiba-tiba mengalami hilangnya tekanan udara, kegagalan mesin saat tinggal landas, atau ketika melakukan pendaratan, juga bagaimana ketika pesawat mengalami kebakaran mesin (engine fire).

"Seorang pilot harus terbiasa menghadapi situasi darurat tersebut karena terlatih," katanya.

Jhonny menjelaskan, peristiwa kegagalan mesin pesawat Merpati MA-60 dengan nomor penerbangan MZ-623 itu bermula dari munculnya asap di mesin sebelah kiri setelah lepas landas dari Bandara Bima dan berada paa ketinggian sekitar 6.000 kaki, pada Senin sekitar pukul 10:38 WITA.

Peristiwa itu dilaporkan seorang penumpang pada seorang awak pesawat yang diteruskan kepada kapten pilot. Pada saat dilaporkan, indikator pesawat masih menunjukkan normal.

Beberapa saat kemudian setelah panas terdeteksi oleh detektor dan terjadi indikasi kebakaran di kokpit, kemudian kapten pilot melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang berlaku pada kondisi darurat.

Jhonny menilai, keputusan kapten pilot Wahyu untuk pendaratan kembali di Banadara Bima merupakan langkah yang sangat tepat dan terbukti semuanya selamat.

"Namun untuk tujuan investigasi, pihak manajemen Merpati memutuskan mengistirahatkan selama dua pekan kepada kapten pilot Wahyu," katanhya.

Menurut dia, guna keperluan pengambilan data, Tim Investigasai Internal Merpati juga sudah mengambil dan mengamankan Filght Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR), untuk melakukan analiisis terhadap penyebab insiden tersebut.
(T.R024/M009)

Editor: Luki Satrio
Copyright © ANTARA 2011