Yaman (ANTARA News) - Koordinator Departemen Informasi dan Komunikasi Persatuan Pelajar Indonesia Yaman 2011-2012 Mohammad Rofik Anwari menanggapi berita yang disiarkan antaranews.com berjudul "WNI di Yaman Belum Bersedia Dievakuasi".

Sebelum menyebutkan beberapa hal yang perlu diklarifikasi di berita tersebut, kata Mohammad Rofik Anwar dalam surat elektroniknya yang diterima ANTARA News di Jakarta, Jumat, dipahami lebih dahulu penyebab dan kaitan tewasnya empat WNI beberapa hari yang lalu dengan krisis politik yang terjadi di Yaman selama ini.

Dijelaskan penyebab mereka tewas adalah konflik dua kelompok berbeda ideologi yang sudah berlangsung jauh sebelum krisis politik di Yaman terjadi, yaitu Salafi Wahabi dengan Syiah Rafidhah. Konflik tersebut tepatnya di lembah Dammaj, Provinsi Sha'dah-Yaman Utara.

Para pelajar yang tewas tersebut kebetulan belajar di sebuah lembaga pendidikan berideologi Salafi Wahabi bernama Darul Hadis yang berlokasi di lembah Dammaj. "Jadi, kematian mereka bukan karena imbas krisis politik," katanya menegaskan.

Dengan demikian, lanjut dia, pemberitaan tentang evakuasi WNI di Yaman perlu dipilah, apakah evakuasi karena krisis politik atau karena adanya konflik ideologi di Dammaj yang sampai saat ini masih terus terjadi kontak senjata antardua kelompok yang bertikai. "Begitu pula, berita tentang kematian mereka," ujarnya.    

Mohammad Rofik Anwari lantas mengomentari teras berita (vide: http://www.antaranews.com/berita/288558/wni-di-yaman-belum-bersedia-dievakuasi). Menurut dia, membaca berita ini akan timbul asumsi bahwa semua wilayah, di mana WNI berada di Yaman situasinya tidak kondusif. Padahal kenyataannya tidak demikian!

Saat ini, kata Rofik, hanya wilayah Sana'a saja (ibu kota Yaman, bagian Yaman Utara) yang masih bergolak akibat krisis politik dan lembah Dammaj di Provinsi Sha'dah (wilayah Yaman Utara juga) yang saat ini terjadi konflik bersenjata akibat sengketa ideologi antara penganut ideologi Salafi Wahabi dan Syiah Rafidhah.

Ia juga menanggapi pernyataan Duta Besar Republik Indonesia untuk Yaman yang berbunyi : "Sejauh ini tampaknya sebagian besar WNI, umumnya santri, belum bersedia dievakuasi atau meninggalkan Yaman", dan "aparat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sanaa masih belum bisa berkunjung ke Hadramaut terkait masalah keamanan. Kendati demikian, kata dia,  KBRI tetap berupaya mencari cara untuk melakukan evakuasi.".

Dalam pernyataan yang pertama, kata dia, perlu diperjelas mengenai penawaran evakuasi yang ditawarkan oleh pihak KBRI Sana'a. Apakah itu penawaran evakuasi terhadap pelajar Indonesia yang berada di Darul Hadis Dammaj, Sha'dah (Yaman Utara) baru-baru ini atau di tempat lain.

"Karena berdasarkan konfirmasi pihak KBRI Sana'a yang kami kontak dan berita yang kami baca di website yang intens memberitakan perkembangan WNI yang berada di Dammaj, WNI di sanalah yang menolak tawaran evakuasi. Mereka akan tetap berjuang dan mempertahankan pesantren karena termasuk jihad di jalan Allah-menurut keyakinan mereka-sesuai dengan seruan pimpinan Darul Hadis," paparnya.

Dalam pernyataan yang kedua, lanjut dia, ada kejanggalan mengenai pernyataan bahwa KBRI Sana'a masih belum bisa berkunjung ke Hadhramaut. Padahal pekan kemarin, KBRI Sana'a bekerja sama dengan PPI Yaman mengadakan "Seminar Nasionalisme dan Kebangsaan".  Dalam seminar tersebut turut hadir Ahmad Zainal Huda, S.H. (Sekretaris III KBRI Sana'a) dan beberapa staf KBRI Sana'a yang lain.

Selain itu, mengenai masalah evakuasi WNI yang ada di Hadhramaut. KBRI Sana'a memang pernah menawarkannya, yaitu saat awal mula bergolaknya krisis politik di Yaman pada bulan Maret. Dalam edaran yang disebarkan di daerah Hadhramaut tersebut, biaya evakuasi tersebut masih ditanggung sendiri karena masih awal gejolak. Setelah itu tidak ada penawaran evakuasi lagi.

Menurut dia, tidak adanya penawaran evakuasi lagi di wilayah Hadhramaut adalah karena tidak adanya ancaman nyata sedikit pun yang menuntut WNI di sana dievakuasi. Kondisi di Hadhramaut masih sangat kondusif dan kegiatan belajar-mengajar di sana masih tetap berjalan lancar hingga sekarang. "Dan, perlu diketahui di Hadhramaut inilah para WNI, mayoritas pelajar Indonesia, paling banyak memilih tempat studinya," katanya.

Pernyataan yang berbunyi: "Bahkan, pada Juni lalu KBRI telah mendesak semua WNI untuk dievakuasi menyusul gawatnya situasi keamanan di Yaman akibat serangan bom terhadap Istana Presiden yang melukai Presiden Ali Abdullah Saleh."

Dia mengomentari bahwa pada saat terjadi pengeboman di Istana presiden yang melukai Presiden Ali Abdullah Saleh tidak pernah ada tawaran evakuasi WNI di wilayah Hadhramaut. Tawaran evakuasi di Hadramaut hanya satu kali sebagaimana disebutkan di atas.

"Yang lebih tepat, KBRI Sana'a memang mendesak, tapi hanya kepada seluruh WNI yang berdomisili di Sana'a dan sekitarnya. Sekali lagi,bukan kepada seluruh WNI yang ada di Yaman," kata Mohammad Rofik Anwari.

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2011