Cikarang, Bekasi (ANTARA News) - Warga Kampung Selang, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jabar, ramai-ramai beralih profesi sebagai pengrajin terompet untuk dijual ke Jakarta menjelang pergantian tahun.

"Ini memang semacam tradisi membuat terompet setiap akhir tahun. Masyarakat di sini biasanya bekerja sebagai kuli atau tukang ojek," kata Gimin (35), warga Kampung Selang di Bekasi, Jumat.

Gimin sendiri biasanya berprofesi sebagai tukang balon yang sehari-harinya berjualan dari sekolah ke sekolah. Namun setiap menjelang akhir tahun, dia bersama istri dan dua putranya bekerja sama membuat terompet dengan beraneka macam jenis.

"Ada yang jenis saxofon dan trombon dengan berbagai ukuran mulai dari kecil, sedang, sampai besar," katanya.

Menurut dia, proses pembuatan terompet relatif sulit tergantung jenisnya dan bahan bakunya karena membutuhkan keterampilan khusus dalam membentuk alur fisik terompetnya.

"Saya biasa menjual sekitar 500 buah terompet dengan berbagai ukuran. Pembuatannya saya mulai sejak empat bulan lalu," katanya.

Terompet hasil karyanya dijual di kawasan Jalan Barito, Jakarta Selatan, secara eceran di pinggir jalan dengan harga bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp300 ribu per buah.

"Biasanya saya mengajak semua keluarga berjualan ke Jakarta dan bermalam di sana selama sepekan hingga akhir tahun baru," katanya.

Untuk mengangkut barang tersebut, kata dia, dirinya menyewa sebuah kendaraan jenis bak terbuka seharga Rp400 ribu.

"Untung yang saya dapat dari berjualan ini rata-rata sekitar Rp3 juta sampai Rp5 juta," katanya.

Di kampung tersebut terdapat sekitar 25 Kepala Keluarga (KK) yang mendiami RT 04/01. Mayoritas warga setempat memiliki kemampuan membuat terompet berkat keahlian yang diberikan secara turun temurun.

Siti (52), mengatakan jenis terompet yang saat ini sedang digemari adalah jenis naga. Alasannya, jenis tersebut menjadi incaran masyarakat karena tahun 2012 identik dengan tahun naga air yang dipercaya membawa keberuntungan.

"Dalam sehari saya menjual lima terompet jenis naga. Modal yang saya siapkan untuk berdagang sekitar Rp2 juta," kata Siti yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang cuci pakaian.

(T.KR-AFR/T004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011