Teheran (ANTARA News/IRNA-OANA) - Kementerian Luar Negeri Iran, Jumat, mengutuk operasi teroris di Damaskus yang mengakibatkan 26 orang tewas dan 63 orang lainnya cedera.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, dalam satu pernyataan yang disiarkan Jumat menyatakan belasungkawa kepada pemerintah dan rakyat Suriah, serta keluarga korban ledakan.

"Pemerintah dan rakyat Suriah bersatu padu, sangat waspada sehingga akan mengecewakan sumbu Zionis-Amerika yang memiliki rencana untuk memprovokasi perang sipil, dan separatisme di kawasan ini," kata Mehmanparast menambahkan.

Menurut laman jejaring sosial Almanar, Lebanon, Kantor Hubungan Media Hizbullah juga dalam pernyataan yang dikeluarkan Jumat, mengutuk kejahatan teroris dan menganggap Amerika dalam posisi memaksakan dirinya ke kawasan ini untuk membangkitkan hasutan di dalamnya, dalam upaya menutupi kekalahan Amerika yang ditampakkan dalam penarikan pasukannya dari Irak, dan kekalahan di Afghanistan barat.

Kementerian Luar Negeri Rusia dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) dalam laporan terpisah mengutuk operasi teroris pada Jumat di Suriah itu.

Ratusan pengunjuk rasa Suriah juga berkumpul di tempat kejadian, menyerukan eksekusi bagi teroris yang berada di belakang ledakan.

Para pemantau Liga Arab juga hadir di tempat kejadian ledakan untuk menyelidiki masalah ini.

Orang-orang Suriah, berbicara kepada wartawan IRNA di lokasi kejadian mengatakan mereka percaya bahwa unsur-unsur rezim Zionis berada di balik semua kegiatan teroris di dalam negeri.

Sejumlah warga Suriah berkumpul di tempat ledakan dan meneriakkan slogan-slogan mendukung pemerintah Bashar Assad.

Sekitar 26 orang tewas dan 63 lainnya terluka dalam ledakan teroris yang ditargetkan pada bus polisi Suriah pada Jumat, kata pernyataan resmi yang disiarkan oleh Menteri Dalam Negeri Mayor Jenderal Mohammad Ibrahim al-Shaar, Jumat malam.

Pernyataan mencatat bahwa salah satu bagian tubuh manusia yang tersisa di tempat kejadian diyakini sebagai bagian dari mayat pelaku pembom bunuh diri.

Meskipun hampir 10-bulan kerusuhan yang dikipas AS di Suriah, Damaskus dalam situasi relatif tenang, namun kekerasan di ibu kota telah meningkat.

Pada 23 Desember, menurut pihak berwenang Suriah, dua pembom mobil meledakkan diri di luar kompleks badan intelijen negara yang dijaga ketat, menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai 166 lainnya.

Televisi negara mengatakan jaringan Al Qaida kemungkinan disalahkan atas ledakan-ledakan itu.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak pertengahan Maret dengan serangan-serangan terorganisasi baik oleh geng-geng bersenjata terhadap pasukan polisi dan penjaga perbatasan Suriah yang dilaporkan di seluruh negeri.

Ratusan orang, termasuk anggota pasukan keamanan, telah tewas, ketika beberapa aksi protes berubah menjadi bentrokan bersenjata.

Pemerintah menyalahkan para pelanggar hukum, sabotase, dan kelompok teroris bersenjata atas kematian itu, dan menekankan bahwa kerusuhan sedang diatur dari luar negeri.

Pada Oktober, ketenangan akhirnya dipulihkan di negara Arab itu setelah Presiden Bashar al-Assad memulai prakarsa reformasi di negara ini, tetapi AS dan rezim Zionis bisa memicu beberapa kerusuhan baru di bagian-bagian tertentu negara itu.

(Uu.H-AK/H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012