Magelang (ANTARA News) - Pameran seni rupa bertajuk "Ruang Yang Sama" oleh para perupa Komunitas Asia Raya di Museum Haji Widayat, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengisyaratkan spirit kesetaraan dan kebersamaan di kalangan mereka, kata kurator Kuss Indarto.

"Tampaknya isu ini yang hendak dimunculkan," katanya di Magelang, Minggu.

Pameran lukisan, patung, dan instalasi yang berlangsung 29 Januari-12 Februari 2012 itu diikuti 46 perupa berasal dari sejumlah kota seperti Yogyakarta, Magelang, dan Surabaya dibuka oleh kurator Museum Haji Widayat Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang, Oei Hong Djien.

Indarto yang juga penulis seni rupa itu mengemukakan, mereka yang berpameran itu relatif beragam antara lain menyangkut usia, reputasi, latar belakang, basis kreatif, dan pencapaian estetik.

"Memang tidak sangat tajam dan ekstrem keberagaman tersebut. Tapi fakta-fakta bahwa perbedaan itu ada, laik untuk dimunculkan dan ditengarai sebagai bagian dari kekayaan (sosial), bukan untuk diseragamkan dalam satu persepektif," katanya.

Pelukis Nasirun pada pameran itu memajang karya berjudul "Kekahan (tebusan)", Damtoz Andreas "Metamorphosis and Fallen Leaves", Wawan Geni "From East Super Hero Series #02", Hatmojo "Belajar Kepada Sang Flamboyan", dan Priyaris Munandar "Jangan Kecil Hati".

Pematung berasal dari lereng Gunung Merapi Ismanto menggelar karya patung berjudul "Smile", Joko Supriyono "Persimpangan Hitam", dan Yayas Budiyanto Trisno "Motivator".

Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi, mengatakan, pameran "Ruang Yang Sama" sebagai pertama diselenggarakan pihaknya setelah tujuh tahun terakhir vakum.

"Dari aspek usia seniman, tak ada batasan usia yang jelas. Ada yang masih tahap awal kuliah hingga seniman yang telah sepuh, Djoko Pekik (kelahiran 1938), ada ragam reputasi," katanya.

Ia membenarkan bahwa pameran itu sebagai "gado-gado" antara lain diikuti nama-nama perupa yang belum tersentuh galeri dan pasar.

Namun, katanya, tidak sedikit mereka yang sudah mulai menancapkan nama di kancah seni rupa Indonesia dan bahkan ada beberapa nama yang sudah di level depan orbit seni rupa Tanah Air seperti Nasirun dan Djoko Pekik.

Selain itu, katanya, mereka yang berpameran ada yang berlatarbelakang akademis dan otodidak, serta tidak ada pembatasan materi dan medium.

Ia menyebut pameran itu suatu kekayaan tersendiri karena menjadi kompetisi sehat setiap seniman.
(L.M029*H018/M028)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012