Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti berhasil memecahkan misteri pembunuhan Raja Ramesses III di Mesir seabad lalu, setelah meneliti mumi sang raja dan naskah-naskah kuno.

Para peneliti melihat lagi mumi Ramesses III untuk mencari jawaban, melakukan pemindaian Computed Tomography (CT) dan menemukan luka serius pada tenggorokan sang raja.

Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan di British Medical Journal pada Senin (17/12), peneliti menyebut Raja Ramesses sepertinya mati dengan tenggorokan terkoyak di haremnya.

"Luka yang besar dan dalam di lehernya pasti disebabkan oleh sebuah pisau tajam atau pedang," kata tim peneliti dalam publikasi British Medical Journal yang dikutip LiveScience.

Mereka menambahkan, potongan yang memutus trakea, esophagus dan banyak pembuluh darah bisa langsung membunuhnya.

Peneliti juga menemukan sebuah jimat bergambar mata Horus, dewa pelindung raja pada masa Mesir kuno, di tenggorokan mumi dan menduga jimat itu digunakan untuk mendapat keberuntungan.

Menurut para peneliti, kemungkinan besar pembalsam pada zaman Mesir kuno mencoba memulihkan luka selama proses pembuatan mumi dengan memasukkan jimat, yang umumnya digunakan untuk tujuan penyembuhan, lalu menutup leher dengan berlapis-lapis linen.

Persekongkolan melawan Ramesses III dipercaya dipimpin oleh seorang istrinya, Ratu Tiye yang kedua, dan Pangeran Pentawere, putra mereka.

Papirus kuno berisi dokumen pengadilan menunjukkan bahwa penghuni harem raja diplot untuk membunuh sang raja sebagai bagian dari kudeta terhadap istana, namun masih belum jelas apakah skema pembunuhan itu berhasil.

Naskah-naskah kuno juga menunjukkan Pentawere diputus bersalah dalam persidangan, dan kemudian bunuh diri, namun tubuhnya tak pernah berhasil diidentifikasi.

Para peneliti yang melakukan studi terbaru menemukan satu mumi yang diduga Pentawere, mumi yang dijuluki "pria tak dikenal E." Analisis genetik terhadap mumi itu menunjukkan bahwa dia merupakan keturunan Ramesses III.

Ekspresi berkerut pada mumi itu membuat para ilmuwan berspekulasi "pria E" diracun atau dikubur hidup-hidup.

Analisis baru tidak menunjukkan penyebab pasti kematiannya, tapi mereka menemukan bahwa paru-parunya penuh, yang bisa menunjukkan bahwa dia mati karena sesak nafas atau tercekik, atau mungkin bunuh diri.

"Pria E" juga terkubur dalam kulit kambing, bahan yang secara ritual dianggap kotor pada zaman Mesir kuno.

Ini bisa diinterprestasikan sebagai bukti sebuah hukuman dengan prosesi penguburan biasa, bukan prosesi penguburan untuk keluarga kerajaan, kata peneliti yang menyimpulkan bahwa "pria E" merupakan "kandidat yang bagus" untuk Pentawere.

Para sarjana sejak lama berusaha memecahkan teka-teki tentang kematian Ramesses III, yang dipercaya memerintah dari tahun 1186 SM sampai 1155 SM pada dinasti ke-20 Mesir.

(ANT)

Pewarta: Maryati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012