Kebanyakan pabrik obat telah tutup dan banyak obat telah hilang dari pasar
Damaskus (ANTARA News) - "Ia melihat resep dari bawah kacamatanya, mengernyitkan dahinya dan segera berkata, 'Ma'af kami tak memiliki satu pun dari obat ini'," kata Sahar --ibu dua anak-- di Suriah.

Sahar --yang menggambarkan apa yang terjadi pada dirinya ketika ia mencari obat eksim buat putrinya yang berusia 16 tahun di toko obat di Ibu Kota Suriah, Damaskus-- mengatakan perempuan itu berulangkali mengeluarkan kata-kata yang sama kepada sedikitnya empat orang.

"Kebanyakan pabrik obat telah tutup dan banyak obat telah hilang dari pasar," kata petugas apotek tersebut kepada Sahar.

Sewaktu petugas itu menjelaskan kepada Sahar mengenai kekurangan obat, seorang pria memasuki apotek tersebut dan menaruh resep di meja depan. Pria itu berkata, "Apakah kamu memiliki obat ini? ... Saya mencarinya ke beberapa toko obat tapi saya tak memperolehnya."

"Sayangnya, tidak," jawab petugas apotek tersebut.

Sebagian penjual obat menyatakan kekurangan akan lebih parah lagi akibat tak-adanya penyelesaian cepat dan layak untuk memulai kembali operasi pabrik obat, yang kebanyakan berada di Provinsi Aleppo, Suriah utara, dan Rif Damaskus.

Kepala jaringan farmasi Suriah Fares Ash-Sha`ar memberitahu media setempat belum lama ini krisis tersebut dapat diselesaikan dengan menaikkan harga obat guna memungkinkan perusahaan farmasi memperoleh bahan baku.

Ia menyatakan persetujuan pemerintah untuk menaikkan harga sampai sedikitnya 40 persen perlu dilakukan dan satu langkah di arah yang tepat tapi tidak cukup, "sebab itu nyaris tak bisa menutup biaya".

Menteri Kesehatan Suriah Saad An-Nayef dilaporkan mengatakan sanksi ekonomi yang dijatuhkan atas Suriah sangat merugikan sektor kesehatan negeri tersebut.

An-Nayef mengungkapkan 32 rumah sakit nasional sekarang tak beroperasi, dan menambahkan enam laboratorium farmasi telah rusak total serta 68 lagi masih beroperasi dengan kapasitas 50 persen.

Namun ia membantah laporan mengenai tak-adanya banyak obat di pasar lokal, dan hanya mengisyaratkan adanya kesulitan untuk membawa obat itu.

Beberapa sumber medis mengkonfirmasi ada studi serius untuk menaikkan harga obat di dalam negeri antara 50 dan 100 persen.

Sanksi ekonomi terhadap Suriah juga telah membebani ekonomi negeri tersebut, dan mengakibatkan kerugian sampai 48,4 miliar dolar AS serta membuat miskin tak kurang dari 900.000 lagi orang Suriah, kata satu laporan belum lama ini.

Menurut laporan itu, yang dikeluarkan oleh "Pusat bagi Penelitian Kebijakan Suriah", mengungkapkan rakyat Suriah menanggung beban paling berat akibat sanksi Barat terhadap negara mereka.

Secara keseluruhan, krisis tersebut mengakibatkan pertumbuhan negara dalam produk domestik bruto --3,7 persen pada 2011 dan 18,8 persen pada 2012, lalu naik lagi jadi 5,6 persen pada 2012.
(C003)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013