Yang saya perhatikan tidak pernah lepas perhatian beliau untuk mengurus pemerintahan negara dan bangsa. Mungkin yang dilihat aktifitas di politik. Dari jam ke jam itu padat dengan urusan pemerintahan dan kebangsaan dan kenegaraan,
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto menepis anggapan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak fokus menjalankan tugasnya sebagai kepala negara atau kepala pemerintahan.

Djoko mengatakan hal itu, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, menanggapi kritik terhadap kinerja Presiden akhir-akhir ini terutama terkait aktifitasnya dalam Partai Demokrat seusai pidato penyelamatan partai tersebut di kediamannya, Cikeas.

"Yang saya perhatikan tidak pernah lepas perhatian beliau untuk mengurus pemerintahan negara dan bangsa. Mungkin yang dilihat aktifitas di politik. Dari jam ke jam itu padat dengan urusan pemerintahan dan kebangsaan dan kenegaraan," kata Djoko saat konferensi pers seusai rapat kabinet paripurna evaluasi RPJMN 2009--20014 di Kantor Presiden, Jakarta.

Menurut Djoko, Presiden memiliki kemampuan untuk mengelola waktu, baik untuk negara maupun partai.

Ia menyakinkan bahwa urusan partai tidak akan mengganggu pekerjaannya dalam mengelola negara.

"Sejak panglima TNI, sejak enam tahun pekerjaan mengurus negara, internal dan diluar tetap dilakukan dengan baik. Beliau pasti mengambil waktu tidak ganggu. Kalau tidak `urgen` (penting) sekali pasti sabtu atau minggu. Ini adalah pandangan saya yang selama ini tidak ada kepentingan apapun," katanya.

Sementara itu, Lingkaran Survei Indonesai (LSI) saat merilis hasil surveinya, Minggu (17/8) menyatakan 68 persen masyarakat khawatir kinerja SBY terpengaruh oleh aksi politiknya untuk menyelamatkan Partai Demokrat.

Publik, menurut LSI, khawatir langkah SBY ini akan mengakibatkan tugas-tugasnya sebagai presiden tidak berjalan dengan baik.

Survei tersebut dilakukan dengan sampling (multistage random sampling) terhadap 1.200 responden di 33 provinsi pada 11--14 Februari 2013. .

Menurut hasil survei tersebut, sebanyak 68,42 persen responden merasa cukup khawatir atau sangat khawatir Presiden tidak fokus lagi menjalankan tugasnya, hanya 24,29 persen yang tidak kahwatir dan 7,29 persen, mengaku tidak tahu atau tidak menjawab pertanyaan.
(M041/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013