... mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk membuat China dan dunia mendengarkan suara mereka... "
Beijing (ANTARA News) - Dua biksu Tibet di baratdaya China tewas dalam aksi membakar diri, insiden pengorbanan diri terakhir dalam serangkaian protes menentang kebijakan Beijing.

Lobsang Dawa dan Konchog Woeser, Rabu, membakar tubuh mereka sendiri di daerah administrasi Aba, Provinsi Sichuan, tempat aksi serupa sering dilakukan, kata Radio Free Asia (RFA) yang berbasis di AS dan kelompok HAM, Free Tibet ,yang berbasis di Inggris.

"Semua warga Tibet yang memilih mengorbankan diri merasa mereka tidak mempunyai pilihan lain untuk membuat China dan dunia mendengarkan suara mereka," kata Direktur Free Tibet, Eleanor Byrne-Rosengren, dalam pernyataan.

Menurut RFA, para biksu berdoa untuk dua rekannya yang berusia 20 dan 23 tahun itu, dan jasad keduanya akan dikremasi pada Kamis.

Lebih dari 110 warga Tibet melakukan aksi bakar diri sejak 2009, sebagian besar diantaranya tewas akibat luka yang diderita, dalam berbagai aksi demonstrasi menentang kebijakan China yang mereka anggap menindas.

Beijing menganeksasi Tibet sejalan Revolusi Kebudayaan pada dasawarsa '50-an. Walau memberi status otonomi kepada Tibet, namun mereka tidak bisa memberi kebebasan berpendapat di Negeri Atap Dunia itu. Bagi Beijing, isu Tibet --sebagaimana Falun Gong dan Taiwan-- sangat sensitif.

Falun Gong dengan belasan juta pengikutnya di China, dinilai gerakan masyarakat yang potensial mengguncang kemapanan kepemimpinan Partai Komunis China; di tengah ambisi mereka tetap mempertahankan hegemoni ekonomi, militer, dan politik di dalam negeri dan kawasan.

China membendung arus informasi, HAM, dan kebebasan warga Tibet untuk berorganisasi dan berserikat. Walau Beijing berkilah telah memajukan Tibet secara ekonomi, namun itu bukan ukuran pokok bagi warga Tibet

Tibet kemudian menjadi enklav bagi etnik Han untuk bermukim di negeri di puncak Himalaya itu. Desakan budaya kemudian terjadi antara etnik Han yang dibekingi Beijing dengan penduduk asli yang bertekad tetap memelihara kebudayaan dan agama setempat, Buddha.

Dalam beberapa bulan terakhir, banyak kaum Tibet yang dipenjara dengan tuduhan memicu protes dan menyebarkan informasi mengenai insiden tersebut ke seluruh dunia.

Beijing mengecam aksi-aksi semacam itu dan melemparkan kesalahan pada pemimpin Tibet, Dalai Lama yang tengah mengasingkan diri. Ia dituding memanfaatkan kaum Tibet untuk kepentingan gerakan separatisme.

Peraih Nobel Perdamaian Dalai Lama yang mengasingkan diri di India sejak 1959 menggambarkan protes tersebut sebagai aksi putus asa dan ia tidak mampu untuk menghentikannya.

(S022/H-AK)

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013