Sarin 26 kali lebih mematikan daripada gas sianida. Hanya satu tetes seukuran jarum sudah mampu membunuh manusia."
Paris (ANTARA News) - Sarin, gas saraf mematikan yang menurut penyidik Hak Asasi Manusia PBB mungkin digunakan oleh kelompok pemberontak Suriah dalam perjuangan melawan Rezim Presiden Bashar al-Assad, dikembangkan oleh para ilmuwan Nazi pada 1930-an.

Sarin yang terkenal setelah digunakan oleh rezim Saddam Hussein kepada ribuan warga Kurdi di Kota Irak utara, Halabja pada tahun 1988, pada mulanya dibuat untuk pestisida, lapor AFP.

Sebuah sekte juga menggunakan senyawa melumpuhkan tidak berbau itu dalam dua serangan di Jepang pada tahun 1990-an.

Sekarang, ada bukti pemberontak Suriah juga menggunakannya dalam upaya mereka untuk menggulingkan Bashar.

"Menurut kesaksian yang kami kumpulkan, para pemberontak telah menggunakan senjata kimia, memanfaatkan gas sarin," kata penyidik hak asasi manusia PBB Carla del Ponte, Minggu.

Apabila terhirup atau diserap melalui kulit, gas itu membunuh dengan melumpuhkan pusat pernafasan dari sistem saraf pusat dan melumpuhkan otot-otot sekitar paru-paru.

Kombinasi dari dua hal itu menyebabkan kematian karena tercekik.

"Sarin 26 kali lebih mematikan daripada gas sianida. Hanya satu tetes seukuran jarum sudah mampu membunuh manusia," menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Gejala yang muncul apabila seseorang terpapar gas itu antara lain mual dan sakit kepala parah, penglihatan kabur, kejang otot, gangguan pernapasan dan kehilangan kesadaran, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat.

Senyawa saraf umumnya bereaksi cepat dan membutuhkan reaksi kimia sederhana dan murah. Bahan-bahannya juga tersedia luas untuk diproduksi.

Menghirup gas itu dalam dosis tinggi - misalnya 200 miligram sarin - dapat menyebabkan kematian "dalam beberapa menit", bahkan tidak ada cukup waktu untuk menunjukkan gejala, Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia.

Sementara itu paparan melalui kulit membutuhkan waktu lebih lama untuk membunuh dan gejala pertama mungkin tidak akan terlihat dalam waktu setengah jam namun kemudian akan diikuti oleh perkembangan cepat.

Bahkan ketika itu paparan itu tidak membunuh, efek sarin dapat bersifat permanen - merusak paru-paru korban, mata dan sistem saraf pusat.

Gas yang lebih berat dari udara itu bisa bertahan lama di suatu daerah, hingga enam jam, tergantung pada kondisi cuaca.

Penggunaan gas sarin yang paling terkenal serangan terjadi pada Maret 1988 di Halabja ketika sekitar lima ribu warga Kurdi tewas dan 65 ribu yang lain terluka ketika militer Irak menggunakan kombinasi bahan kimia yang termasuk sarin, gas mustard dan mungkin VX, senyawa saraf yang 10 kali lebih kuat dari sarin.

Peristiwa itu diduga merupakan serangan gas terburuk yang pernah terjadi dengan sasaran warga sipil.

Sarin menewaskan 13 orang dan melukai enam ribu lainnya ketika sekter Mahkamah Kebenaran Aum melepaskannya di kereta bawah tanah Tokyo pada Maret 1995. Sekte itu juga menggunakan senyawa saraf yang sama dalam serangan tahun sebelumnya di kota Jepang Matsumoto, yang menewaskan tujuh orang.

Rezim Suriah diyakini menampung ratusan ton berbagai senyawa kimia, menurut Leonard Spector dari Institut Kajian Internasional Monterey.

Selain senyawa kimia yang membuat kulit melepuh yang dikenal sebagai vesicants seperti gas mustard (Yperite), Damaskus diperkirakan memiliki sarin dan mungkin VX.

Rezim Suriah juga dikatakan memiliki sistem pengiriman untuk senjata kimia, seperti rudal scud, artileri dan bom udara.

Namun, Damaskus telah menolak memberi izin akses para ahli PBB untuk menyelidiki tuduhan penggunaan senjata kimia meskipun seruan Sekjen PBB Ban Ki-moon. (G003/M014)

Oleh Gusti Nur Cahya Aryani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013