Dengan cara ini, kami yakin bisa konsisten memberikan terbaik dalam membangun bangsa,''
Jakarta (ANTARA News) - Pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) perlu dilakukan secara sinergi oleh semua pihak. Pasalnya, tanpa itu semua, sangat sulit untuk menggali potensi energi panas bumi yang ada di Indonesia saat ini.

Direktur Operasi PT Rekayasa Industri (PT Rekind) Alex Dharma Balen mengemukakan itu  di sela-sela keikutsertaan PT Rekind dalam pameran Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE 2013), yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), 12--14 Juni 2013. Penyelenggaraan IIGCE 2013 itu dibuka Wakil Presiden Boediono.

Alex mengatakan energi panas bumi saat ini telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 negara, termasuk Indonesia. Saat ini Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, dengan setidaknya 29 giga watt total potensi panas bumi. Sayangnya, kata Alex, dari jumlah tersebut, baru dimanfaatkan sekitar 1,2 gigawatt.

''Padahal, kebijakan energi nasional telah menargetkan agar panas bumi dapat menyokong 5% bauran energi nasional pada 2025. Namun yang terjadi hingga saat ini panas bumi baru berkontribusi 1% dengan perkembangan yang lambat,'' ujar Alex dalam keterangan persnya.

Selain itu, pengolahan sumber daya listrik dari energi panas bumi  menjadi energi listrik juga telah dilakukan dan terus dikembangkan di Tanah Air, bahkan untuk pengerjaan proyek percepatan energi listrik 10.000 MW tahap kedua.

''Pembangunan Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) memiliki porsi yang meningkat yang sangat signifikan. Dalam pembangunan proyek 10.000 MW tahap kedua, kurang lebih 43 buah PLTP dengan kapasitas total produksi listrik sebesar 4.925 MW ditargetkan dapat dibangun dan beroperasi,'' kata Alex.

Karena itu, menurut Alex, yang jadi pemicu lambatnya perkembangan panas bumi kurang adanya sinergi sejumlah pihak terkait. Di sisi lain, masih sedikit pihak swasta yang kurang tampil berada di garis paling pertama memajukan energi panas bumi.

Hal ini berbeda dengan Rekind. Sejak 1993, sudah berani berada di garda depan dalam pengembangan industri panas bumi di Tanah Air. Ini terbukti dengan  mulai terlibat dalam pengembangan dan pembangunan PLTP.

''Hingga saat ini atau sekitar 20 tahun telah terjadi ‘revolusi’ pada keterlibatan Rekind dalam pengembangan sisi hilir panas bumi. Rekind telah melewati tahap  pengembangan PLTP dari hanya pengerjaan konstruksi hingga menangani engineering, procurement dan construction (EPC) dengan membangun 12 buah PLTP, secara terintegrasi," kata Alex.

Karena itu, Rekind pun optimistis pada masa depan. Mengacu pada Permen ESDM No.15/2010, yakni target pembangunan 43 PLTP di program 10.000 MW Tahap Dua, pihaknya akan terus meningkatkan pengetahuan dan tenaga sumber daya manusia nasional untuk pengembangan industri panas bumi sekaligus menjawab tantangan ketahanan energi nasional di masa mendatang.

Alex menambahkan, PT Rekind juga akan meningkatkan kinerjanya melalui  pengembangan pelaksanaan proyek investasi panas bumi yakni di Cisolok Sukarame, Jawa Barat, dan Mamuju, Sulawesi Barat. ''Dengan cara ini, kami yakin bisa konsisten memberikan terbaik dalam membangun bangsa,'' kata Alex. (*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013