Seoul (ANTARA News) - Ekonomi Korea Selatan tetap lesu meskipun ada langkah-langkah stimulus seperti rencana anggaran tambahan dan kebijakan penurunan suku bunga, demikian sebuah laporan pemerintah, Selasa.

"Beberapa indikator ekonomi menunjukkan pertumbuhan di tengah harga-harga konsumen yang stabil, tetapi produksi industri, konsumsi dan investasi konstruksi berkurang, dengan pekerjaan melambat," kata Kementerian Strategi dan Keuangan dalam Buku Hijau, laporan bulanan penilaian kondisi ekonomi.

Produksi (output) sektor jasa meningkat 0,2 persen pada Mei dari bulan sebelumnya, namun produksi di industri pertambangan dan manufaktur turun 0,4 persen. Penjualan ritel turun 0,2 persen dibanding periode yang sama, dan investasi konstruksi merosot 4,3 persen.

Harga konsumen naik 1,0 persen pada Juni dari setahun sebelumnya, tinggal di tingkat terendah dalam 14 tahun selama dua bulan berturut-turut.

Ekspor, yang mencapai sekitar setengah dari perekonomian, turun 0,9 persen pada Juni dari setahun sebelumnya di tengah melemahnya permintaan dari Jepang, yang mata uangnya melemah terhadap dolar AS dan won Korea Selatan di tengah pelonggaran moneter yang agresif.

Data ekonomi suram terjadi meski langkah-langkah stimulus seperti rencana anggaran tambahan 17,3 triliun won (15 miliar dolar AS) diresmikan pada April dan kebijakan bank sentral menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Mei.

Kementerian itu mengatakan, masih ada risiko penurunan ekonomi seperti risiko atas pelonggaran kuantitatif AS dan penundaan pemulihan di Eropa, mencatat bahwa pihaknya akan melanjutkan kebijakannya untuk merangsang ekonomi.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013