Kita butuh obat 'cespleng'
Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Importir Seluler Indonesia (AISI) mengaku harus mengurangi kuantitas impor perangkat seluler seperti ponsel dan gadget hingga 20-30 persen akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah.

"Rupiah melemah efeknya pasar sepi, importir kini mulai mengurangi jumlah barang yang diimpor. Misal biasanya impor 1.000 unit, sekarang hanya 700-800 unit saja," kata Ketua AISI Eko Nilam yang dihubungi ANTARA News di Jakarta, Senin.

Eko mengaku pasrah menghadapi kondisi tersebut. Ia juga tak bisa memprediksi hingga kapan depresiasi rupiah akan terus berlanjut.

"Kami sekarang dalam posisi terjepit, daya beli masyarakat menurun tapi kami terpaksa naikkan harga. Apalagi modal lebih besar, 10 dolar AS hari ini sama besok kan belum tentu sama," katanya.

Belum lagi, sebagai importir mereka sama sekali tidak menyimpan stok karena semua barang langsung dilepas ke pihak distributor. Disebutkan Eko, pihaknya pesimistis bisa mencapai target 100 juta unit barang yang diimpor sepanjang 2013 ini menyusul melemahnya nilai tukar rupiah selama sebulan terakhir ini.

"Dengan keadaan ini (rupiah melemah), kami ragu, mungkin hanya bisa menyentuh 90-95 juta unit saja, meski naik dari 2012 lalu yang mencapai 85 juta unit," katanya.

Eko berharap pemerintah bisa memberikan solusi cepat guna mengatasi gejolak ekonomi yang kini tengah berangsung. Menurutnya, kebijakan ekonomi yang disampaikan pemerintah Jumat (23/8) lalu masih jauh dari harapan pasar.

"Kita butuh obat 'cespleng', yang langsung berpengaruh ke pasar. Kita butuh respon positif yang cepat. Sedangkan yang disampaikan kemarin itu stimulasi jangka panjang, jadi tidak berpengaruh," katanya.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013