Sesuai penelitian yang kami lakukan baru sekitar 20 persen masyarakat yang tahu dan siap dengan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG),"
Yogyakarta (ANTARA News) - Upaya konversi bahan bakar minyak menuju bahan bakar gas di Indonesia masih membutuhkan sosialisasi yang komprehensif di berbagai lapisan masyarakat, kata Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Deendarlianto.

"Sesuai penelitian yang kami lakukan baru sekitar 20 persen masyarakat yang tahu dan siap dengan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG)," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, masyarakat harus mendapatkan pemahaman dan keyakinan terlebih dahulu terkait keamanan dan keuntungan penggunaan energi alternatif tersebut.

"Masyarakat tetap harus mendapatkan pengarahan terkait bagaimana penggunaan bahan bakar gas atau "compressed natural gas(CNG)" yang aman. Masih banyak yang berpandangan bahwa penggunaan BBG berbahaya," katanya.

Padahal, menurut dia, justru dengan pemanfaatan BBG sebagai sumber energi transportasi memberikan berbagai keuntungan bagi masyarakat.

Selain menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, peran media juga sangat menentukan dalam mensosialisasikan pentingnya konversi itu.

Menurut dia, upaya konversi tersebut tidak perlu tergesa-gesa sebab masih membutuhkan persiapan yang matang termasuk terkait pemenuhan infrastruktur pendukungnya.

"Tidak perlu tergesa-gesa, masih memerlukan berbagai pematangan termasuk kesiapan infrastruktur dan industri pendukung lainnya," katanya.

Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saryono Hadiwidjoyo menyatakan bahwa upaya konversi dari penggunaan bahan bakar minyak ke bahan bakar gas lebih menguntungkan.

Beberapa kelebihan penggunaan bahan bakar gas antara lain emisi yang dihasilkan lebih ramah lingkungan sehingga dapat mendukung pengurangan emisi rumah kaca.

Selain itu, menurut dia, harga bahan bakar tersebut jauh lebih murah yakni Rp3.100 per liter dari pada bahan bakar minyak yang saat ini telah naik menjadi Rp 6.500 untuk premium dan Rp5.500 untuk solar.

"Harga BBG akan lebih meringankan pengguna moda transportasi karena harganya yang lebih murah sekitar 40-50 persen dari bahan bakar premium," katanya.

(KR-LQH/N002)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013