Jakarta (ANTARA News) - Peredaran seng impor kualitas rendah dan murah memicu empat dari 18 industri gulung tikar.

"Impor seng terutama yang ilegal membuat industri dalam negeri terpukul," kata Ketua Gabungan Pengusaha Seng Indonesia (Gabsi) Rudy S Syamsuddin di Gedung Kadin, Kuningan, Jakarta, Selasa.

Menurutnya, seng impor bukan hanya mengganggu keberlangsungan industri dalam negeri tetapi merusak kepercayaan masyarakat terhadap seng secara keseluruhan.

"Peredaran seng impor yang murah dan rendah daya tahannya dapat merusak kepercayaan pasar terhadap keseluruhan produk seng," kata Rudy.

Secara umum, masih kata ketua Gabsi, produk berkualitas rendah berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat sekaligus bentuk pembodohan kepada konsumen oleh para penjual.

"Penjual cenderung tidak mengedukasi pembeli mengenai seng kualitas tinggi yang harganya sedikit lebih mahal. Mereka hanya mengiming-imingi seng murah tapi daya tahannya kurang."

"Sebagai perbandingan, harga per lembar produksi lokal dengan kualitas bagus dijual seharga Rp35 ribu sedangkan produk impor ilegal harganya Rp30 ribu. Padahal kualitasnya jauh berbeda," kata dia.

Rudy mengatakan pertumbuhan seng murah di dalam negeri cukup pesat. Dalam tiga tahun terakhir angka penjualannya meningkat 30 persen per tahunnya.

"Hal itu belum menguntungkan industri lokal. Justru penjualan seng lokal turun drastis dan tidak mampu bersaing," ujarnya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013