Pelemahan kurs bisa menjadi obat untuk mengurangi impor dan meningkatkan ekspor,"
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, pelemahan nilai mata uang termasuk rupiah dapat menjadi obat atas neraca perdagangan yang defisit.

"Pelemahan kurs bisa menjadi obat untuk mengurangi impor dan meningkatkan ekspor," kata Mirza di Gedung BI Jakarta, Jumat.

Ia mencontohkan Jepang yang sengaja membuat nilai tukar yennya melemah hingga 16 persen selama 2013 untuk mengurangi impor.

Mirza juga meminta pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini tidak terlalu dikhawatirkan.

"Yang penting fundamental ekonomi diperbaiki seperti neraca perdagangan, tingkat inflasi, neraca transaksi berjalan dan lainnya," katanya.

Menurut dia, selama BI dan pemerintah membuat respon yang tepat seperti penanganan defisit neraca transaksi berjalan, pengendalian inflasi, perbaikan neraca perdagangan dan lainnya maka pemodal akan masuk ke Indonesia. Mereka yang sudah keluar tinggal tunggu waktu kembali ke Indonesia.

"Yang harus dikhawatirkan kalau tidak ada respon kebijakan karena tidak ada harapan arus modal masuk," katanya.

Ia mengaku ketergantungan negara-negara berkembang kepada pasar keuangan sangat tinggi sehingga perubahan yang terjadi berpengaruh besar.

"Fund manajer asing saat ini memegang sekitar Rp320 triliun surat utang negara Indonesia, ini bukan jumlah yang sedikit," kata Mirza.

Menurut dia, kebijakan Bank Sentral AS the Fed termasuk yang berpengaruh besar kepada Indonesia. "Semua masih menunggu sikap the Fed terkait tapering off, periode Desember hingga Maret nanti merupakan periode yang penting," kata Mirza. (*)

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013