Jakarta (ANTARA News) - Meskipun oleh PT Kereta Api (KAI) menganggap perlintasan kereta api yang terletak di Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah perlintasan liar, warga setempat tetap menjaga palang pintu.
 
Bahkan, beberapa pengurus rukun warga setempat secara bergotong royong memberikan bantuan untuk kebutuhan tiga penjaga palang pintu, Wandi, Jonny dan Ujang Ronda.

"Memang di sini palang pintu liar. Tapi pihak kelurahan tetap peduli dengan keselamatan pengendara sepeda motor dan mobil," kata Wandi saat bincang-bincang dengan ANTARA News di pos penjagaan Kebayoran Lama Utara, Jakarta, Rabu.

Wandi menceritakan, kepedulian warga setempat sudah dimulai sejak tahun 2004. Waktu itu, kata dia, wilayah dekat perlintasan kereta api sangat sepi, jarang dilalui pengendara.

"Sejak 2004, sudah mulai dilintasi pengendara motor dan mobil. Sejak itu pula ada inisiatif dari warga, lurah untuk mendirikan pos penjagaan," cerita Wandi.

Lalu bagaimana dengan peralatan yang ada di ruangan berukuran 2 x 2 meter itu? Menurut Wandi, peralatan seperti alat sensor, monitor, accu merupakan bantuan langsung dari pemerinth.

"Waktu itu ada bantuan. Tapi sekarang, 3 dari 6 alat sensor itu rusak, monitor juga sering rusak dan accunya juga sudah soak. Untuk satu set alat harganya Rp15 juta. Kami diajari cara mengoperasikannya waktu itu," tuturnya.

Kerusakan alat-alat tersebut, sudah pernah disampaikan ke PT KAI, PT KCJ, namun, hingga kini, tak ada respon sama sekali.

"Memang perlintasan ini liar tapi bukan berarti diabaikan sama sekali. Toh apa yang dilakukan oleh warga adalah dalam rangka membantu PT KAI. Kalau kecelakaan terjadi, kan mereka juga yang pusing," katanya.

Pernah, katanya, saat listrik tak menyala, maka accu juga tak menyala dan alat sensor tidak berfungsi, palang pintu tak turun, maka yang dilakukan Wandi adalah dengan berdiri di dekat rel sembari mengibarkan bendera sebagai bentuk pemberitahuan kepada pelintas agar tidak melintas.

Pada kesempatan itu, Wandi menuturkan ulah dan tingkah polah dari pengendara sepeda motor dan mobil saat melintas rel. Menurutnya, tak jarang, pelintas menerobos palang pintu meskipun palang sudah diturunkan.

"Tetap saja mereka melintas. Bahkan kepala kereta sudah dekat, masih saja melintas. Jadi ada kebiasaan buruk dan perilaku itu harus diubah," ujar Wandi.

Karena swadaya masyarakat, di tengah jalan diletakan kotak yang terbuat dari kayu dengan harapan adanya bantuan dari pengendara yang akan melintas.

Bahkan, di sisi kiri dan kanan perlintasan, dipasang semacam spanduk yang bertuliskan " HATI-HATI!!! PINTU LINTASAN KA TIDAK DIJAGA". "PENJAGA PINTU INI BUKAN PEGAWAI PJKA".

PJKA adalah Perusahaan Jawatan Kereta Api, sebelum berubah menjadi Perumka dan selanjutnya PT KAI.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013