Saya tidak merasa aman untuk pulang ke Zimbabwe,"
Sydney (ANTARA News) - Duta Besar Zimbabwe untuk Australia membelot dan meminta suaka politik dari Canberra karena khawatir akan keselamatannya jika kembali ke negaranya setelah masa jabatannya usai pekan depan, lapor media setempat, Sabtu dini hari.

Dubes Jacqueline Zwambila berbalik menyerang rezim Presiden Robert Mugabe yang tidak tidak sah dan mengaku telah meninggalkan rumah dinasnya dengan hanya empat hari masa jabatan yang tersisa, lapor Canberra Times.

Zwambila tidak berencana untuk menggunakan tiket kelas bisnis untuk kembali ke negaranya.

"Saya tidak merasa aman untuk pulang ke Zimbabwe," kata Zwambila, yang memiliki hubungan dengan kelompok oposisi Gerakan Perubahan Demokratis Zimbabwe (MDC).

"Ketika pemilu pada 31 Juli lalu dibajak oleh pemerintah, yang tidak sah, saya tahu hal tersebut merupakan akhir dari segalanya," kata Zwambila dalam video yang disiarkan di laman internet Canberra Times.

"Akhir dari segalanya bagi rakyat Zimbabwe.. dan orang seperti saya, yang ditugaskan oleh mantan perdana menteri Morgan Tsvangirai," katanya.

Pemimpin oposisi Zimbabwe, Tsvangirai, berbagi kekuasaan dengan Mugabe hingga pemilu pada akhir Juli.

Partai MDC pimpinan Tsvangirai mendapat jatah di Kementerian Keuangan setelah dia membentuk pemerintahan bersatu dengan Mugabe setelah pemilu 2009 yang diwarnai kekerasan.

Masa berbagi kekuasaan tersbeut berakhir ketika presiden veteran tersebut menang dalam pemungutan suara pada 31 Juli dengan 61 persen suara melawan 34 persen.

Pemilu itu sendiri mengundang keraguan dari pemantau internasional.

"Banyak hal yang telah saya alami sejak bertugas di Australia, kampanye negatif dan ancaman misalnya.. Tidak mungkin saya selamat jika kembali ke Zimbabwe," kata Zwambila yang masa tugasnya berakhir pada Selasa.

"Tugas utama saya sebagai duta besar adalah untuk merekatkan hubungan dengan pemerintah Australia.. karena telah ada 10 tahun masa permusuhan antara kedua pemerintah," katanya.

Robert Mugabe kembali dilantik sebagai Presiden Zimbabwe di stadion yang dihadiri ribuan pendukung yang bersuka ria pada Agustus lalu.

Pria yang telah berusia 89 tahun itu memperpanjang kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

MDC tidak mengakui hasil yang mereka sebut telah "diatur untuk memberi kemenangan mudah" bagi Mugabe.

Blok regional Afrika Selatan SADC meminta semua pihak untuk "menghormati dan menerima" hasil pemilu demi menghindari kerusuhan.

Meskipun demikian SADC yang beranggotakan 15 negara menggambarkan pemilu Zimbabwe sebagai pemilu yang "bebas dan aman" namun tidak mengatakannya adil, demikian AFP.

(Uu.P012/M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013