Dhaka (ANTARA News) - Oposisi Bangladesh mulai melaksanakan pemogokan umum selama 48 jam pada Sabtu, menjelang pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).

Partai Nasionalis Bangladesh (Bangladesh Nationalist Party/BNP), yang memboikot pemungutan suara pada Minggu, menyerukan pemogokan sebagai usaha akhir untuk mengganggu pemilihan yang diyakini akan dimenangkan oleh partai Perdana Menteri Hasina, Liga Awami.

Pemogokan itu terjadi setelah pemimpin BNP Khaleda Zia mengeluarkan seruan kepada para pemilih untuk "memboikot" apa yang dia sebut "skandal lelucon" dan menuduh pemerintah menjadikan dia tahanan rumah.

Kekerasan telah mencederai proses pemungutan suara itu, dengan sekitar 150 orang meninggal dunia akibat kekerasan yang berkaitan dengan pemilihan umum sejak pemerintah menetapkan tanggal pemilu pada Oktober.

Para pengamat takut pemungutan suara itu akan diwarnai kekerasan baru setelah Bangladesh melewati 12 bulan paling berdarah sejak perang kemerdekaan brutal melawan Pakistan tahun 1971, demikian seperti dilansir kantor berita AFP.

Berita utama Dhaka Tribune pada Sabtu mengulas ketegangan dan ketakutan menjelang pemungutan suara dan hampir semua koran menampilkan gambar-gambar korban kekerasan terkini.

Walaupun pemerintah secara resmi membantah Zia telah ditahan, para pembantu tokoh politik itu mengatakan dia dilarang meninggalkan kediamannya di Dhaka selama hampir sepekan.

Puluhan personel polisi antihuru-hara terlihat di luar rumahnya pada Sabtu, dengan kendaraan penyemprot air dan truk pasir mencegah siapapun yang akan melintasi penghalang itu.

Dalam komentar publik pertamanya sejak larangan itu dilakukan, Zia mengatakan "pemerintah telah secara efektif menerapkan tahanan rumah atas diri saya ... dan rumah saya telah ditutup oleh petugas keamanan dan agen intelijen".

BNP dan 20 partai lain memboikot pemungutan suara setelah Hasina menolak tuntutan mereka agar pemilu diawasi oleh pemerintahan sementara yang netral.

Pemogokan akhir pekan hanyalah satu usaha yang paling akhir dari serangkaian protes yang memaksa penutupan sekolah-sekolah, kantor-kantor dan toko-toko.

Menyusul serangkaian pemboman mobil dan bus, banyak warga Bangladesh terlalu takut meninggalkan rumah-rumah mereka selama aksi itu.

Polisi menyatakan 1.200 aktivis oposisi telah ditahan walaupun partai-partai menyatakan jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar.

Walaupun 50.000 tentara telah ditempatkan di seantero negeri itu, polisi menyatakan pada Sabtu bahwa sedikitnya 10 tempat pemungutan suara dibakar dalam 24 jam terakhir.

Amerika Serikat, Uni Eropa dan Persemakmuran telah menolak mengirim para pengamat untuk memantau pemilihan yang menurut pihak oposisi tak memiliki kredibilitas tersebut.

Hasil pemilihan tak akan diragukan karena calon-calon Liga Awami atau para sekutunya tak tertandingi di 153 dari 300 kursi di parlemen.

(Uu.M016)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014