Surabaya (ANTARA News) - Pasien "face off" Siti Nur Jazila alias Lisa (29) asal Turen, Malang, Jawa Timur, akhirnya diperbolehkan pulang dari RSU dr. Soetomo, Rabu, setelah tujuh tahun tinggal di rumah sakit milik Pemprov Jatim itu.

Ketua Tim Bedah Plastik Face Off, Prof dr Sjaifuddin Noer SpBP-K, mengatakan, sejak dirawat hingga Lisa sudah bisa lepas untuk bersosialisasi kembali dengan masyarakat, dia telah menjalani operasi selama 17 kali.

"Selama ini, Lisa tinggal di ruang khusus di RSU dr. Soetomo selama tujuh sampai delapan tahun," katanya.

Lisa merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada tahun 2006 silam di Malang. Lisa disiram air keras oleh suaminya sendiri. Akibatnya, wajah Lisa rusak parah, dan harus menjalani operasi "face off" di RSU dr. Soetomo.

Sebelum dilepas kembali ke masyarakat, lanjut dia, Lisa juga diberi tali asih oleh pihak RSU dr Soetomo untuk bekal hidup selama satu tahun.

"Operasi yang dilakukan selama ini, merupakan bantuan dari DPRD, Pemprov Jawa Timur dan pihak rumah sakit. Selain itu, setelah dilepas kami juga memberikan tali asih berupa santunan terhadap Lisa untuk bekal hidup selama satu tahun," ujarnya.

Sementara dalam upacara pelepasan, lanjut dia, selain mendapat tali asih dan buku berjudul "Hidup Ini" yang ditulis oleh salah seorang dokter RSUD dr Soetomo, Lisa juga berkesempatan untuk berfoto bersama dengan tim dokter yang menangani operasinya.

"Melepas Lisa, bukan berarti kami melepas begitu saja. Tapi tim dokter juga cukup peduli dengan Lisa. Dalam seminggu sekali, Lisa diperkenankan datang untuk melakukan kontrol," katanya.

Sementara itu, Direktur RSU dr Somotomo dr Dodo Arnando dalam sambutannya mengatakan, salut terhadap tim dokter yang menangani Lisa.

"Tim ini adalah tim kebanggaan RSU dr Soetomo. Tim ini juga sangat peduli terhadap Lisa, yang terus memberikan suport, bahkan setelah dilepas untuk berkumpul dengan masyarakat, tim dokter masih akan tetap mengawasi psikologis Lisa," katanya.

Tentu, lanjut dia, dalam setiap operasi jang ditanya soal hasil maksimalnya. "Tapi kita lihat optimalnya. Semuanya tidak mungkin kita lakukan secara sempurna, karena tentu masih banyak kekurangan. Tapi, stelah kita lihat, Lisa sudah cukup siap untuk kembali bersosialisasi dengan masyarakat," katanya.

Selain itu, dia juga berjanji akan memberi kesempatan kepada Lisa untuk bekerja di RSU dr Soetomo tanpa harus melalui tes. "Tentu gajinya tidak seberapa. Tapi kalau dia bisa diterima bekerja di tempat lain dengan gaji yang lebih besar, silakan. Yang jelas, pihak rumah sakit memberi Lisa kesempatan dan memberi prioritas untuk bekerja di sini," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014