Kami telah menyaring nama beberapa tokoh nasional dengan kriteria integritas yang baik; tidak pernah melakukan perbuatan tercela; mampu menginspirasi orang banyak, dan; mempunyai prestasi atau rekam jejak yang mengesankan.
Jakarta (ANTARA News) - Komunike Bersama Peduli Indonesia (KBPI) menantang 19 tokoh dari penggerak sosial, pemimpin bisnis, birokrat hingga intelektual untuk menjadi calon pemimpin nasional.

"Kami menantang putra-putri terbaik Indonesia untuk maju dalam ajang seleksi kepemimpinan nasional," kata Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) yang juga penggagas KBPI, Hamdi Muluk, dalam diskusi Komunike Bersama Peduli Bangsa, di Jakarta, Rabu.

"Tantangan ini kami buka ke publik karena sebagian besar di antara nama tersebut tidak tertarik, atau bahkan tidak memikirkan ikut dalam kompetensi kepemimpinan nasional," tuturnya.

Menurut dia, ke-19 tokoh yang masuk dalam radar KBPI dianggap telah memenuhi standar kompetensi, kapabilitas, dan integritas untuk bersedia maju dalam ajang seleksi kepemimpinan nasional sebagai calon presiden/wakil presiden Republik Indonesia.

"Kami telah menyaring nama beberapa tokoh nasional dengan kriteria integritas yang baik (tidak terlibat dalam kasus hukum khususnya korupsi, kolusi dan nepotisme); tidak pernah melakukan perbuatan tercela; mampu menginspirasi orang banyak, dan; mempunyai prestasi atau rekam jejak yang mengesankan," paparnya.

Ke-19 nama yang ditantang tersebut masing-masing Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng), Suyoto (Bupati Bojonegoro), Rustriningsih (mantan Wagub Jateng).

Dari sisi pemimpin bisnis, yaitu Dr Tahir (Founder Mayapada), Agung Prasetyo (CEO Kompas Gramedia), Chairul Tanjung (CEO Trans Corp), Beti Alisyahbana (ex-CEO IBM Asia Pasifik), Emirsyah Satar (CEO Garuda), Ignatius Jonan (CEO KAI), Sudhamex (CEO Garuda Food), dan Sri Mulyani (Direksi Word Bank).

Sedangkan dari Pegiat sosial, yakni Jusuf Kalla (mantan wapres/ketua PMI), Tri Mumpuni (wairausaha sosial), Khofifah Indar Parawansa (Ketua Umum PP Muslimat NU), serta dari intelektual seperti Imam Prasodjo, Faisal Basri, dan Onno Purbo (Akademisi).

Kepemimpinan nasional adalah hal penting bagi masa depan bangsa. Sehingga seleksi kepemimpinan nasional harus berdasarkan pertimbangan kualitas, kapabilitas dan kompetensi serta visi masa depan.

"Tidak semata-mata popularitas," tukasnya.

Selain Hamdi Muluk, gerakan sipil mencari pemimpin nasional tersebut juga didukung sejumlah akademisi seperti Prof Dr Komaruddin Hidayat, Prof Dr Ikrar Nusa Bhakti, dan Dr Jusuf Wanandi.

(S037)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014