Ini adalah terorisme. Terencana. Murni dan sederhana."
Manama (ANTARA News/Reuters) - Empat orang yang ditahan sehubungan dengan ledakan bom menewaskan tiga polisi di Bahrain pada pekan lalu menunjukkan bahwa mereka telah dibimbing oleh teroris asing atau dari luar negeri, demikian tuduhan jaksa penuntut umum di Bahrain.

Tiga polisi tewas saat bom, yang disebut Pemerintah Bahrain diledakkan dari jarak jauh, selama prosesi berkabung terhadap seorang pemuda Syiah 23 tahun yang meninggal di tahanan pada 26 Februari 2014.

Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengatakan, ledakan itu terjadi saat polisi berupaya untuk membubarkan para demonstran yang memblokir jalan di Desa Daih, di barat ibu kota Manama.

Satu pernyataan dari jaksa penuntut umum bahwa empat tersangka yang telah ditangkap, dan mereka mengaku melakukan serangan bom dengan dipandu oleh orang-orang lain.

Namun, mereka tidak memberikan informasi kebangsaan para tersangka yang ditangkap, meskipun nama-nama mereka mengesankan keempatnya adalah warga Bahrain.

"Hal itu juga dibuktikan dengan pernyataan-pernyataan mereka, dan apa yang ditemukan melalui kesimpulan dan investigasi bahwa mereka bekerja di bawah bimbingan beberapa elemen teroris di luar negeri," demikian pernyataan jaksa penuntut umum.

Bahrain pada Kamis (6/2) menuduh pihak Syiah Iran mengobarkan pertumpahan darah di kerajaan itu, dan seorang pejabat Iran menuduh negara pulau yang diperintah paham Sunni itu menyiksa sekaligus memenjarakan para pengecamnya.

"Kekerasan yang kita lihat di Bahrain secara langsung didukung oleh unsur-unsur Republik Islam Iran," kata Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed al-Khalifa kepada Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB).

Ia menimpali, "Ini adalah terorisme. Terencana. Murni dan sederhana."

Iran membantah punya hubungan dengan oposisi Bahrain atau memiliki tangan dalam setiap kekerasan, namun mengindikasikan hal itu disebabkan kelompok-kelompok Syiah di sana.

Pernyataan jaksa menjelaskan, beberapa terdakwa telah dihukum secara di luar pengadilan (in absentia) dan telah dijatuhi hukuman penjara mulai dari lima sampai 15 tahun.

Mereka dinyatakan bersalah memiliki bahan peledak, senjata dan amunisi dan bisa menghadapi hukuman mati serta kewarganegaraan mereka dicabut, katanya.

Pernyataan jaksa itu tidak menyebutkan berapa banyak orang telah didakwa berkaitan dengan pemboman atau berapa banyak mereka berada di tahanan.

Kelompok utama oposisi Syiah di Bahrain mengutuk pengeboman itu dan mendesak para pengikutnya untuk memastikan bahwa pengunjuk rasa hanya menggunakan cara-cara damai untuk mendorong tuntutan mereka, reformasi.

Mayoritas Syiah Bahrain telah lama mengeluhkan diskriminasi, sebuah tuduhan yang dibantah oleh pemerintah beraliran Sunni.

Salah satu dari tiga polisi yang tewas adalah seorang perwira dari Uni Emirat yang bertugas di pasukan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang beroperasi di Bahrain, yang menerima bantuan dari Uni Emirat Arab dan Arab Saudi dalam menumpas protes-protes massal pada Maret 2011.

Mayoritas Syiah menuntut reformasi politik dengan melakukan protes-protes skala kecil, yang sering menyebabkan bentrokan dengan aparat keamanan, selama tiga tahun terakhir.

Bahrain termasuk pangkalan militer bagi Armada Kelima Amerika Serikat (AS), yang juga melibatkan enam negara dalam satu aliansi politik dan militer, termasuk Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Qatar, Oman dan Kuwait.
(U.H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014