Bangkok (ANTARA News) - Polisi Thailand menduga dua penumpang Malaysia Airlines MH370 yang menggunakan paspor curian tidak terlibat dalam terorisme, sebaliknya mereka mungkin adalah pencari suaka.

Pada Minggu Interpol memastikan bahwa paling sedikit dua penumpang MH370 telah menggunakan paspor curian di Thailand dalam dua tahun terakhir yang memunculkan spekulasi bahwa pesawat itu telah diserang (bukan ditimpa kecelakaan).

Polisi Thailand dan para polisi penyelidik luar negeri telah menanyai dua biro perjalanan di Pattaya di mana kedua penumpang berpaspor curian itu membeli tiket.

"Kami tidak mengesampingkan itu namun bukti yang kami dapatkan menyimpang dari klaim bahwa kedua orang itu terlibat terorisme," kata kepala polisi Pattaya Supachai Puikaewcome kepada Reuters, Selasa.

Kedua tiket itu dibeli oleh dua orang Iran, untuk perjalanan dari Beijing ke Eropa pada harga paling murah, kata Supachai.

"Berdasarkan dari pemesanan tiket saja, jika memang ini terorisme, mereka mestinya merahasiakan rute dan pesawat yang mereka sasar. Alih-alih mereka malah menanyakan tiket dengan harga paling murah dan tidak mengkhususkan memakai rute atau maskapai tertentu."

Polisi berharap untuk bisa menanyai salah seorang warga Iran yang membayar tiket tersebut dengan tunai. Supachai menyebut sang pembeli tiket itu bernama Hasem dan orang ini diketahui berada di Pattaya.

Orang Iran kedua yang diidentifikasi Supachai sebagai Kazem Ali, memesan tiket melalui telepon kepada sebuah biro perjalanan Pattaya. Ali diyakini berada di Iran.

"Kami mencermati semua segi termasuk kemungkinan orang-orang ini terlibat dalam penyelundupan manusia karena Tuan Ali punya hubungan dengan biro perjalanan itu dan pernah memesan tiket melalui mereka sebelumnya yang kemungkinan keras untuk warga Iran," kata Supachai.

Polisi Pulau Phuket, Thailand, menyatakan kedua paspor dicuri di pulau ini.  Seorang pria Italia telah melaporkan bahwa paspornya dicuri tahun lalu, sedangkan paspor lainnya milik pria Austria dilaporkan dicuri pada 2012, kata seorang petugas imigrasi seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014