Kabul (ANTARA News) - Afghanistan menerjang ancaman kekerasan Taliban Sabtu untuk memilih pengganti Presiden Hamid Karzai dalam peralihan kekuasaan secara demokratis negara itu saat pasukan pimpinan Amerika Serikat akan ditarik setelah perang 13 tahun.

Antrian panjang terlihat di luar tempat pemungutan suara (TPS) yang dibentuk di kota-kota di seluruh negeri, meskipun cuaca basah dingin, pada saat pemilih memberikan suara di sekitar 6.000 TPS di bawah pengamanan ketat.

Sementara pemungutan suara di daerah-daerah perkotaan berlangsung cepat, tidak jelas seperti apa pemungutan suara yang terjadi di daerah-daerah pedesaan.

Taliban telah menolak pemilu sebagai plot asing dan mendesak para pejuang mereka untuk menyerang staf TPS, pemilih dan pasukan keamanan, tetapi hanya terdapat satu insiden yang dilaporkan dalam beberapa jam pertama pemungutan suara.

Satu ledakan menewaskan satu orang dan melukai dua orang lainnya di sebuah sekolah yang digunakan sebagai TPS di Provinsi Logar, selatan Kabul, kata kepala distrik Abdul Agha Mohammad Hamid Hameed.

Di Kabul, yang dilanda serangkaian serangan mematikan selama kampanye pemilu, ratusan orang berbaris di udara terbuka untuk memilih meskipun para pemberontak berjanji untuk bertindak melakukan kekerasan.

"Saya tidak takut ancaman Taliban, kita akan mati suatu hari pula. Saya ingin memilih untuk menjadi sebuah tamparan di wajah Taliban," kata seorang ibu rumah tangga Neyazi Laila, 48 tahun.

(Uu.H-AK)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014