Jakarta (ANTARA News) - Kacamata pintar Google Glass dapat digunakan untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Hal ini dilaporkan The Boston Globe bahwa Dr. Steven Horng yang bekerja di Beth Israel Deaconess Medical Center Boston, mengenakan kacamata ini saat mengobati seorang pria yang mengalami pendarahan otak tahun lalu.

Pada saat itu Dr. Horng mengetahui bahwa pasiennya alergi terhadap obat-obatan tertentu yang akan membuat pendarahan tersebut terperangkap, namun ia tidak tahu yang mana.

Dalam keadaan tak bisa meninggalkan pasien, Horng mengatakan bahwa dia mencari catatan medis pria tersebut menggunakan perangkat Google Glass dan menemukan informasi yang relevan, sehingga bisa menstabilkan kondisinya.

Kisah ini muncul saat Google pekan ini meluncurkan inisiatif untuk menampilkan kemampuan Google Glass bila digunakan di tempat kerja.

Google telah membagikan perangkat ini untuk berbagai organisasi, seperti rumah sakit dan pusat kesehatan, pekerja minyak dan tim olahraga seperti Sacramento Kings dan Washington Capitals.

Dr. Horng mengatakan bahwa dengan Google Glass, ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien dan dapat mengurangi kesibukannya.

"Saya bisa dengan cepat mengakses informasi tanpa harus mengganggu pasien atau meninggalkan ruangannya," katanya seperti dilansir laman The Verge.

Pengalamannya tersebut membuat Beth Israel Deaconess Medical Center memutuskan untuk memperluas penggunaan Google Glass.

Namun para dokter tidak bisa melepaskan perangkat ini dari jaringan Wi-Fi pusat medis, dan mengakses data pasien yang tidak terdapat di pencarian Google.

Marc Rotenberg, Direktur Eksekutif Electronic Privacy Information Center, mengatakan bahwa Google Glass masih menimbulkan masalah jika dipakai di lingkungan yang banyak menyimpan informasi sensitif pasien.

Tetapi ia menyetujui bahwa kacamata ini berpotensi dapat membantu para pekerja.

"Hampir tidak menimbulkan resiko privasi dan bisa benar-benar berharga," katanya.

Penerjemah:
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014