Uang APBD kita besar sekali kalau tidak hati-hati bisa bermasalah
Jakarta (ANTARA News) - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merasa prihatin jika ada orang di dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkungan Pemprov DKI menjadi tersangka terkait kasus penggunaan APBD.


"Saya sedih kalau dengar seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi. Kalau sudah masuk ke ranah hukum ya kita harus bicara apa adanya," kata Jokowi di Balaikota saat memberi arahan pada lurah, camat, dan walikota se-DKI, Kamis.


Oleh sebab itu, Jokowi mengingatkan agar SKPD berhati-hati dalam mengelola anggaran dan merealisasikan APBD dengan baik. Jokowi tidak ingin kasus bus berkarat terulang lagi.


"Uang APBD kita besar sekali kalau tidak hati-hati bisa bermasalah. Saya hanya ingin memproteksi Bapak Ibu makanya saya ingatkan dari sekarang segera gunakan anggaran dengan baik. Saya tidak mau lagi dengar yang hadir di sini jadi tersangka," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga memberikan apresiasi kepada lima SKPD yang berhasil menyerap anggaran APBD terbanyak pada tahun 2013 meskipun penyerapan dinilai belum maksimal karena belum mencapai target sebesar 97 persen.


Kelima SKPD tersebut adalah Dinas Kebakaran dan Dinas Penanggulangan Bencana yang menyerap anggaran sebesar 94,7 persen, Dinas Sosial sebesar 93,8 persen, Dinas Pariwisata sebesar 93,4 persen, Dinas Dukcapil 93,04 persen, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 90,62 persen.


"Tapi perlu diingat, penyerapan tinggi ini belum tentu diikuti dengan hasil kerja yang baik. Oleh sebab itu saya harapkan segera serap anggaran sedini mungkin, segera bergerak lakukan kegiatan. Semakin cepat semakin baik, nanti kalau akhir-akhir tahun bekerja pasti jadinya kebut-kebutan siang malem, kalau begitu kualitas pengerjaan pasti jelek seperti contoh kasus bus," katanya.


Per 8 April 2014, penyerapan anggaran belanja Pemprov DKI baru mencapai 4,56 persen. Jokowi menginginkan pengerjaan proyek yang bersifat fisik segera dilaksanakan.


"Harus dikerjakan maju, terutama yang berkaitan dengan fisik konstruksi. Jangan mengerjakannya mepet-mepet pada bulan-bulan basah. Kapan mau selesainya? Kenapa lagu yang sudah puluhan tahun tidak bisa diubah? Hilangkan budaya mepet-mepet itu. Masa bangun gedung cuma empat-lima bulan, mana bisa bagus?," kata dia.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014