Zurich (ANTARA News) - Presiden FIFA Sepp Blatter ingin melihat sanksi olahraga lebih diterapkan dalam perang melawan rasisme.

Blatter (78) merasa hukuman pengurangan poin akan lebih efektif daripada kesebelasan tersebut dihukum menjalani laga tanpa penonton.

"Hukuman olahraga adalah satu-satunya hukuman yang efektif. Hal ini menyebabkan klub benar-benar merasa terluka jika tidak ada perubahan," kata Sepp Blatter dilansir dari laman BBC, Kamis (17/4).

"Para pengacau harus dihukum dan jelas bagi saya bahwa klub yang bertanggung jawab atas suporter pengacau," katanya.

Ukraina dihukum FIFA untuk memainkan laga kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Polandia di stadion tanpa penonton setelah para pendukung menari meniru monyet dan penghormatan untuk Nazi.

Hukuman tersebut akan dikenakan untuk kualifikasi Piala Dunia 2018 karena Federasi Sepakbola Ukraina gagal melakukan banding.

Blatter mengatakan dalam kolom FIFA Weekly, ia ingin memberikan sanksi yang "tegas dan berat" bagi pelaku rasisme namun ia mengakui "sepakbola tanpa kerumunan bagaikan konser tanpa suara."

Dia juga berpendapat penutupan stadion sebagai "hukuman kolektif yang tidak proporsional" dan bertentangan karena penggemar tim lawan yang tidak bersalah juga terkena imbasnya.

Aturan disiplin FIFA menghukum tindak rasisme dengan memberikan peringatan untuk pelanggaran pertama dan kemudian sanksi yang lebih tegas seperti penutupan stadion, pengurangan poin atau bahkan dikeluarkan dari kompetisi jika pelanggaran terus berlanjut.

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014