Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada triwulan I/2013 nilai devisa Sumut dari lemak dan minyak hewan/nabati masih 993,441 juta dolar AS, sedangkan periode yang sama tahun ini sudah 1,027 miliar dolar AS,"
Medan (ANTARA News) - Devisa dari ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumatera Utara pada triwulan I/2014 naik 3,44 persen menjadi 1,027 miliar dolar AS didorong menguatnya harga jual produk minyak sawit.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada triwulan I/2013 nilai devisa Sumut dari lemak dan minyak hewan/nabati masih 993,441 juta dolar AS, sedangkan periode yang sama tahun ini sudah 1,027 miliar dolar AS," kata Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut Sofyan Subang di Medan, Jumat.

Berdasarkan data, kenaikan devisa terjadi sejak awal tahun dampak tren menguatnya harga jual atau ekspor CPO.

Pada Maret misalnya, devisa golongan barang itu sudah mencapai 385,077 juta dolar AS dari Februari yang 377,329 juta dolar AS atau naik 2.05 persen.

"Melihat tren menguatnya harga jual, ada perkiraan devisa dari lemak dan minyak hewan/nabati itu lebih tinggi dari 2013," katanya.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Timbas Prasad Ginting mengakui, harga CPO memang tren menguat dampak banyak faktor.

"Jadi walau secara volume masih belum naik, tetapi karena harga jual menguat, maka devisa jadi bergerak naik,"katanya.

Harga CPO (CIF Rotterdma) tanggal 21 Mei tercatat mencapai 887,50 dolar AS per metrik ton dengan harga di pasar lokal atau Kantor Pemasaran Bersama (KPB) Rp9.343 per kg.

Meski harga ekspor CPO itu sedikit turun dari posiss akhir April yang sebesar 905 dolarAS per metrik ton dimana harga di lokal Rp9.815 per kg, tetapi harga yang berlaku dewasa ini tergolong tinggi.

Menurut dia, kenaikan harga CPO di pasar internasional antara lain dipicu oleh kekhawatiran pasar akan adanya musim kering di negara-negara produsen sawit seperti Malaysia dan Indonesia yang bisa berakibat pada produksi yang menurun.

Kekhawatiran itu semakin besar karena dewasa ini juga produksi minyak nabati lainnya seperti matahari dan kedele juga sedang tren menurun.

"Meski lonjakan permintaan belum terjadi secara signifikan, tetapi harga CPO itu tren menguat atau bertahan bagus dan itu menggembirakan," katanya.

(E016/N002)

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014