Rio de Janeiro (ANTARA News) - Pelatih Timnas Prancis Didier Deschamps berada dalam tekanan setelah kepala bidang keuangan federasi sepak bola negara itu mengatakan pada laporan tahunan, mereka hanya menganggarkan untuk sampai ke perempat final.

Pria berusia 45 tahun yang mengkapteni Prancis pada Piala Dunia 1998 yang dimenangi negara itu, mungkin lebih diberkati dibandingkan dengan tim-tim kelas berat Eropa lainnya karena satu grup dengan Swiss, Ekuador yang mungkin paling lembah di Amerika Selatan, dan liliput Honduras.

Lawan pertama yang dihadapi Prancis adalah Honduras yang tengah memburu kemenangan pertama setelah gagal mencapainya pada dua kali keikusertaannya dalam putaran final Piala Dunia, namun Deschamps berhati-hati bahwa Prancis yang terbelah oleh perselisihan internal pernah bgagal melaju pada 2010.

Absennya gelandang kunci Franck Ribery dari turnamen itu Jumat pekan lalu menjadi peringatan bagi pelatih Monaco, Marseille dan Juventus itu bahwa keberuntungan akan merusak rencananya.

Namun Deschamps tidak sedang mengejar apa-apa kecuali kemenangan pertama. "Saya harus bilang bahwa target pertama saya adalah memenangkan pertandingan pertama," kata dia kepada Le Monde bulan Mei lalu.

"Karena laga terakhir yang kami menangkan di fase grup putaran final Piala Dunia terjadi pada 2006. Dan dengan tak bermaksud menyepelekan Togo, kami waktu itu hanya menang dari negara ini. Adalah sangat penting untuk memenangkan pertandingan ini demi membuat Anda nyaman masuk kompetisi ini."

Meski begitu Prancis memang sangat lamban panas --mereka tak pernah memenangkan laga pembuka pada putaran final Piala Dunia sejak edisi 1998-- yang memberi Honduras alasan untuk optismistis menciptakan kejutan.

"Ini bukan kutukan," kata Deschamps kepada Le Monde menunjuk kebiasaan kalah pada pertandingan awal mereka.

"Ini juga bukan coba-coba, tetapi,  kemenangan dalam grup beranggotakan empat tim, membuat Anda menghapus sejumlah marjin kesalahan pada pertandingan atau ketiga demi mencapai tujuan kami lolos dari fase grup."

Swiss, dilatih oleh pelatih veteran asal Jerman Ottmar Hitzfeld, adalah unggulan utama grup ini dan semestinya favorit untuk menemani tetangga trans-Alipna-nya ini ke putaran kedua sekaligus mengobati kekecewaan empat tahun lalu di mana kendati menang dalam laga pembukanya melawan Spanyol, mereka tidak lolos ke fase gugur.

Hitzfeld, yang akan menutup tirai karir kepelatihan nan cemerlangnya setelah putaran final Piala Dunia, mengatakan bahwa skuatnya jauh lebih berbakat dibandingkan tim yang dia bawa ke Afrika Selatan empat tahun lalu dan ujian pertamanya menghadapi Ekuador.

"Jika saya bilang pada Anda bahwa kami lebih baik dibandingkan kami saat empat tahun lalu, maka semua orang akan berharap pada kami untuk lolos ke babak 16 Besar," kata pelatih berusia 65 tahun.

"Saya, bagaimana pun, secara alamiah adalah seorang optimis dan saya bilang bahwa kami lebih baik."

Pelatih Ekuador Reinaldo Rueda berada pada posisi yang tidak biasa karena harus menghadapi tim yang pernah dia latih pada Piala Dunia terakhir, Honduras.

Para pemain Ekuador akan siap meluluskan instruksi dengan mencapai putaran kedua sebagai penghormatan untuk mendiang rekannya yang juga striker andal Christian Benitez yang meninggal dunia tahun lalu, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014