Memalukan.. kami sudah melakukan yang terbaik..saya kecewa
Zagreb (ANTARA  News) - Pendukung Kroasia sedih dan kecewa setelah tim nasional mereka - yang dikenal dengan julukan Fiery Ones (Vatreni = berapi-api),- kalah 1-3 atas tuan rumah Brasil pada laga pembuka Piala Dunia, Kamis malam (Jumat WIB).

Ribuan pendukung menyaksikan pertandingan itu di teras kafe di kota serta di sepanjang jalan di berbagai tempat di Kroasia.

Hujan dan kilat sambung menyabung yang menerpa ibukota Kroasia beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, menyebabkan banyak orang pulang, namun masih tetap ada ribuan pendukung lainnya yang berkumpul di berbagai tempat di lapangan kota Zagreb.

Hampir semua pendukung itu mengenakan baju warna kostum tim Kroasia merah putih berkotak, saat mereka berkumpul di depan layar yang lebarnya sekitar 52 meter persegi.

"Amat menyedihkan, wasit menghancurkan harapan kami," kata Goran Vlahic (28) dengan nada sedih, ketika meninggalkan lapangan bersama teman wanitanya.

Ia mengomentari wasit dari Jepang Yuichi Nishimura yang mengeluarkan keputusan menghadiahkan tendangan penalti pada babak kedua bagi lawan mereka, karena Fred berbenturan dengan pemain bertahan Kroasi Dejan Lovren sehingga jatuh.

Vlahic mengomentari hal itu mewakili banyak temannya, termasuk pelatih tim nasional mereka Niko Kovac, yang mengecam keputusan wasit yang membuat "keputusan aneh" sehingga merugikan Kroasia.

"Bila hal itu diputuskan dengan hukuman penalti sebaiknya kami tidak usah lagi bermain sepak bola," kata Kovac kepada televisi Kroasia, HRT.

"Memalukan.. kami sudah melakukan yang terbaik..saya kecewa," katanya seperti dikutip AFP.

Media Kroasia melukiskan pertandingan itu sebagai "pertandingan terbesar dalam sejarak sepak bola Kroasia" dan masyarakat seluruh negara itu dicengkeram pesona Piala Dunia.

Berbagai kafe menyiapkan televisi layar lebar di teras mereka yang dihiasi khusus dengan bendera negara dan berbagai pernaik-pernik Piala Dunia.

Ada juga lima layar lebar yang menyiarkan langsung pertandingan itu di alun-alun kota dan di beberapa daerah.

Poster raksasa tim Kroasia bertebaran di berbagai tempat termasuk di toko-toko - khususnya gambar pemain tengah Luka Modric dan striker Mario Manduzkic. Banyak pegawai kantor dan penjaga toko mengenakan baju merah putih.

Piala Dunia membangkitkan rasa patriotisme dan diperhitungkan angka mengangkat 30 persen penjualan alkohol.

Kroasia butuh semangat. Perekonomian negara mengalami resesi tahun keenam dan tingkat pengangguran mencapai 22 persen.

Dengan melihat pada Kejuaraan Eropa 2008, penampilan terakhir Kroasia dalam turnamen besar, kalangan ekonom memperhitungkan setiap tim mereka bermain di Brasil maka meningkatkan perekonomian negara itu sampai 50 juta euro (68 juta dolar).

Ini berarti, dalam tiga pertandingan penyisihan grup tim negara itu, akan meningkatkan perekonomian hingga 0,35 persen output tahunan - dan akan meningkat lagi bila mereka maju ke putaran berikutnya.

Dengan adanya krisis ekonomi di negara itu, maka sedikit orang Kroasia yang berangkat ke Brasil, namun diperhtungkan saat ini ada sekitar 6.000 warga Kroasia yang hadir pada acara pembukaan pertandingan di Sao Paulo.

Di lapangan utama di Zagreb, diperhitungkan ada sekitar dua juta orang yang datang silih berganti menyaksikan pertandingan di layar raksasa hingga bulan depan.

Masyarakat Kroasia yang jumlahnya 4,2 juta jiwa akhirnya tetap merasa gembira dengan adanya Piala Dunia, karena hari demi hari mereka dikhawatirkan dengan krisis ekonomi yang melanda negara mereka.

"Bagi negara kecil seperti kami, olah raga ini merupakan peluang untuk menunjukkan diri kami ke dunia luar. Kami masih ingat dengan turnamen 1998 ketika kami menunjukkan ke dunia internasional bahwa kami dapat mengalahkan negara besar seperti Jerman," kata sosiolog Suncica Bartoluci.

Kroasia selanjutnya akan bertemu dengan Meksiko dan Kamerun.

(A008) 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014