Jakarta (ANTARA News) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa situasi kependudukan di Indonesia masih perlu penanganan yang intensif, baik dari sisi kuantitas dan kualitas, maupun distribusi penduduk.

"Dari sisi kuantitas, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan hasil sensus penduduk pada 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa.

Hasil proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035 mengindikasikan laju pertumbuhan penduduk (LPP) hasil proyeksi kilas balik 2010-2000 mencapai 1,52 per tahun.

Dari sisi kualitas penduduk, katanya, Indonesia juga masih mengalami permasalahan kualitas penduduk yang rendah.

Laporan Pembangunan Manusia UNDP pada 2013 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di posisi 121 dari 187 negara di dunia.

Dari sisi distribusi penduduk, penyebaran penduduk Indonesia masih belum merata.

Hasil Sensus Penduduk Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 57,5 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.

Padahal, luas Pulau Jawa hanya 6,8 persen dari total luas wilayah Indonesia.

"Kondisi tersebut di atas tentu akan berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan dan pembangunan Indonesia," katanya.

Sebagai ilustrasi, katanya, ketimpangan potensi dan perputaran roda perekonomian antara wilayah desa dan kota mendorong derasnya arus perpindahan penduduk menuju wilayah.

"Akibatnya pemukiman penduduk di perkotaan bertambah padat sehingga memicu berbagai dampak negatif seperti masalah sampah, rendahnya tingkat kebersihan individu maupun wilayah yang memicu masalah kesehatan dan lain sebagainya," katanya.

BKKBN terus menyusun analisis dampak kependudukan untuk mengurai akar permasalahan sekaligus menawarkan rekomendasi yang dapat dijadikan bahan masukan yang tepat bagi para pembuat kebijakan dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai dampak kependudukan.

(W004/M029)

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014