Brussels (ANTARA News) - Pemimpin baru Ukraina pada Jumat mencapai kesepakatan bersejarah dengan Uni Eropa (EU), yang langsung mengundang Rusia mengeluarkan ancaman pembalasan di tengah kebuntuan menyangkut hubungan masa depan negara bekas Soviet itu dengan Barat.

Presiden Petro Poroshenko menyambut baik terwujudnya Perjanjian Perhimpunan itu sebagai titik balik bagi negara yang berada di antara kepentingan geopolitik antara Eropa dan Rusia, lapor AFP.

Kesepakatan tersebut membuyarkan keinginan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memasukkan Kiev ke dalam persekutuan pimpinan Moskow yang bisa menjadi saingan Uni Eropa dan NATO.

Kremlin langsung menyatakan tekad akan mengambil "semua langkah yang diperlukan" terhadap Ukraina.

Uni Eropa pada Jumat mencapai kesepakatan serupa dengan Georgia dan Moldova, yaitu dua negara bekas bagian Soviet yang juga memiliki hubungan sulit dengan Rusia.

Poroshenko mengatakan perjanjian itu memberi Ukraina "perspektif yang benar-benar baru" serta "kesempatan untuk melakukan pembaruan".

Ia menyatakan, "Ini adalah hari yang bersejarah, hari yang paling penting sejak kemerdekaan."

Penandatanganan perjanjian dilakukan hanya beberapa jam setelah para pemberontak membebaskan empat pengawas tak bersenjata dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) yang mereka culik pada 26 Mei.

Seorang pemimpin utama kelompok pemberontak mengatakan empat peninjau lainnya dari Eropa beserta penerjemah mereka yang berkewarganegaraan Ukraina juga akan dibebaskan dalam hari-hari mendatang.

Para pemimpin EU memberi waktu kepada Rusia hingga Senin untuk mengubah kebijakannya terhadap Ukraina atau Rusia harus menghadapi kemungkinan sanksi-sanksi ekonomi yang lebih berat.

Sebuah pernyataan yang disahkan pada Jumat menggarisbawahi "komitmen para pemimpin untuk bertemu kembali setiap saat guna membahas lebih jauh langkah-langkah larangan yang signifikan."


Penerjemah: Tia Mutiasari

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014