Jakarta (ANTARA) - Kuasa Usaha Kedutaan Besar Federasi Rusia di Jakarta Veronika Novoseltseva mengatakan “operasi militer khusus” yang dilakukan Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022 dimaksudkan untuk mencegah penyebaran fasisme atau Neo-Nazi.

“Bahaya dan risiko munculnya lagi ideologi neo-fasisme yang membenci bangsa-bangsa lain. Ancaman ini harus dicegah dan Rusia akan tetap meneruskan perlawanan terhadap ancaman tersebut,” kata Veronika di Jakarta, Rabu.

Veronika lebih lanjut mengatakan “operasi militer khusus” di Ukraina tersebut juga dilakukan Rusia karena Moskow tidak ingin mengalami lagi Perang Patriotik Raya (Great Patriotic War) yang terjadi pada 22 Juni 1941 hingga 9 Mei 1945.

Perang Patriotik Raya adalah sebutan terhadap perang antara Uni Soviet melawan Nazi Jerman yang dimulai pada 22 Juni 1941 hingga 9 Mei 1945. Lebih dari 13 juta warga sipil Uni Soviet menjadi korban dalam perang tersebut.

“Waktu itu pimpinan (Uni) Soviet terlalu percaya juga kepada apa yang Hitler katakan bahwa dia tidak akan menginvasi wilayah Soviet. Tetapi tetap pasukan fasis menyerang,” ujar Veronika.

Teori Adolf Hitler, fasisme atau Neo-Nazsime, itu mulai muncul lagi di Ukraina, dan menambahkan bahwa tujuan fasisme tersebut adalah untuk memperbudak semua bangsa-bangsa lain kecuali bangsa Arya, katanya.

Dalam konteks ini, politik negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terhadap Rusia mirip dengan apa yang dilakukan Nazi pada periode Perang Dunia ke-2.

“Waktu itu, Amerika, Inggris, dan Prancis sangat memahami ancaman fasisme,” katanya,

Amerika dan Inggris bergabung dengan Rusia (waktu itu Uni Soviet) dalam melawan fasisme dan pasukan Jerman setelah Rusia berperang selama tiga tahun, kata Veronika.

Baca juga: Inggris akan berikan bantuan militer terbesar untuk Ukraina
Baca juga: Rusia ambil langkah yang diperlukan jika nuklir AS muncul di Polandia


 

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024