Sekarang, setiap perundingan hanya mungkin setelah pemberontak benar-benar meletakkan senjata mereka."
Kiev (ANTARA News) - Ukraina pada Selasa mengabaikan tekanan kuat Eropa dan menolak melakukan pembicaraan dengan pemberontak mengenai gencatan senjata untuk menghentikan bentrok berdarah di negara bekas Soviet itu sebelum pemberontak meletakkan senjata.

"Sekarang, setiap perundingan hanya mungkin setelah pemberontak benar-benar meletakkan senjata mereka," kata Menteri Pertahanan Valeriy Geletey dalam pernyataan.

Pasukan Ukraina mencatat sejumlah keberhasilan aksi militer sejak akhir pekan ini, sehingga memaksa sebagian besar milisi mundur ke Donetsk dan Lugansk, wilayah industri di timur yang berbahasa Rusia.

Presiden Petro Poroshenko telah memerintahkan pasukannya untuk memblokir para pembangkang itu di dalam kota dan menutup jalan pasok senjata bagi mereka.

Namun belum jelas bagaimana pemimpin yang pro-Barat itu memaksa milisi menghentikan gerakan selama tiga bulan untuk bergabung dengan Rusia.

Jerman dan Prancis mengomandoi desakan Eropa bagi kedua belah pihak untuk duduk bersama bernegosiasi dan menyepakati perjanjian gencatan senjata baru.

Poroshenko membatalkan gencatan senjata selama 10 hari pada 1 Juli karena serangan pemberontak tidak berhenti dan menewaskan lebih dari 20 tentara Ukraina.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan pada Senin bahwa "meskipun situasi di timur Ukraina telah berubah dan memihak pada pasukan Ukraina, tidak akan ada penyelesaian militer murni atas konflik itu".

Namun satu putaran pembicaraan tak langsung mengenai gencatan senjata dengan perantara Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) di Kiev pada Minggu tidak membuahkan hasil nyata.


Penerjemah: Sri Haryati

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014