Jakarta (ANTARA News) - Akhir takdir yang tragis, seorang pramugara tewas setelah menukar jadwal penerbangan MH17, hanya beberapa bulan setelah isterinya yang juga pramugari selamat setelah menukar jadwal tugas di pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang Maret lalu.

Keputusan Sanjid Singh pada menit - menit terakhir untuk terbang bersama Malaysia Airlines MH17 telah meremukkan hati keluarganya.

The Malaysian Insider melaporkan bahwa pria berusia 41 tahun tersebut menukarkan jadwal penerbangannya dengan temannya untuk terbang ke Kuala Lumpur dengan Boeing 777 tersebut.

Maret lalu, isterinya selamat setelah tukar jadwal dengan rekannya saat penerbangan MH370 yang hilang itu.

Ayah dari sang pramugara, Jijar Singh usia 71 tahun, terisak-isak saat dia mengatakan ingin bertemu anak bungsu yang sekaligus anak lelaki satu-satunya setelah penerbangan tersebut.

"Dia selalu menelpon kami sebelum terbang," kata Ayah Sanjid.

"Isteri Sanjid sebenarnya tebang dalam pesawat MH370 tapi menukarkan jadwal dengan temanya pada menit-menit terakhir," sambung sang ayah.

Semua dari 15 awak Malaysia Airline MH17 adalah berkebangsaan Malaysia.

Postingan dari @annerafdzi memperlihatkan daftar rinci informasi termasuk pangkat, usia dan jenis kelamin. Mereka berusia 27 sampai 54 tahun.

Daftar tersebut termasuk dua kapten pesawat itu, yaitu Wan Amran Bin Wan Hussin (50) dan Eugene Choo Jin Leong (45).

Angeline Premila yang namanya ada pada daftar itu adalah juga bertugas sebagai pramugari pesawat tersebut.

Seorang temannya, Mohammad Mohaimeen Rashid, memposting foto perempuan 30 tahun tersebut dalam Facebook dan menulis: "Kamu tidak meninggal, kamu hanya terbang lebih tinggi. Rest in peace."

Teman sang pramugari lainnya,  Shazana Salleh (31), menulis dalam laman Facebook miliknya. "Kami mendoakanmu Shazana. #MH17," kata Hideaki Tanaka.

Kamarularifin Arshad menulis: "Semoga selamat."

Danica Weeks, dari Perth, yang kehilangan suaminya dalam penerbangan MH370, mengungkapkan rasa dukanya kepaa keluarga penumpang MH17 yang pernah mereka rasakan.

"Saya tahu penyebab rasa sakit itu, dan itu sangat mengerikan, saya turut berduka cita," katanya kepada Port Macquarie News.

Dia mendesak keluarga korban tragedi tersebut bergabung bersama-sama untuk mengkritik cara Malaysia Airline menangani masalahnya sejak MH370 hilang Maret lalu.

"Malaysia Airlines ... (komunikasi) sangat sulit, mereka sama sekali jelek dalam berkomunikasi," kata dia seperti dikutip Daily Mail.




Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014