Bandarlampung (ANTARA News) - Bermula dari pengalamannya tinggal di wilayah pegunungan yang bersuhu dingin, Ultomy Idham, mahasiswa Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya Lampung berinovasi menciptakan alat pengatur suhu air.

Menurut Ultomy, di Bandarlampung, Kamis, dengan menggunakan peralatan ini bisa mengendalikan suhu air sesuai dengan yang kita inginkan.

Mahasiswa Teknik Komputer IBI Darmajaya ini menjelaskan, pengatur suhu air bekerja dengan memanfaatkan pemanas (heater) sebagai katalisator dan sensor temperatur LM35 sebagai pengatur panas suhu air.

Sedangkan pengendalian secara otomatis, alat ini menggunakan mikrokontroler ATmega8 yang sekaligus berfungsi sebagai kendali utama.

"Untuk pengaturan suhu air yang sesuai kita inginkan, cukup dengan memasukkan heater dan sensor suhu LM35 ke dalam air, lalu menekan tombol pengatur suhu, maka secara otomatis alat akan bekerja hingga mencapai suhu yang diinginkan. Misal kita menginginkan pemanasan suhu mencapai 70 derajat Celsius, maka ketika air sudah mencapai pada suhu tersebut, secara otomatis alat berhenti bekerja," katanya menjelaskan.

Dia menambahkan, rancangan alat ini juga dilengkapi dengan LCD yang berfungsi sebagai display hasil informasi suhu air pada tangki.

Alat ini, katanya lagi, mampu mengatur suhu antara 0 derajat hingga 100 derajat, sangat cocok untuk masyarakat yang tinggal di pegunungan dengan suhu yang relatif lebih rendah.

"Daerah pegunungan umumnya memiliki cuaca yang sangat dingin, yaitu berkisar 15--20 derajat Celsius. Dalam keadaan tersebut, air hangat sangat diperlukan. Pemanasan air memang biasa dilakukan, namun sejauh ini masih dilakukan secara manual. Karenanya, alat ini dapat menggantikan peran manual ke otomatis sehingga lebih mudah dan efisien," ujar mahasiswa kelahiran 26 Februari 1987 ini pula.

Untuk menciptakan inovasi tersebut, diakui Ultomy, memerlukan kesabaran dan keuletan. Trial dan error pada masa percobaan alat menjadi tantangan tersendiri yang dia alami selama tiga bulan percobaan alat ini.

"Tapi, Alhamdulillah saya mendapatkan pendampingan dari Pak Dodi Yudo Setiawan, SI MTI selaku dosen pembimbing. Beliau banyak membantu saya mulai dari rancangan hingga alat ini bisa disimulasikan," ujarnya lagi.

Mahasiswa yang hobi naik gunung ini mengaku, akan berupaya meningkatkan kualitas alat, sehingga bisa lebih mudah dan fleksibel.

"Salah satu kelemahan alat ini, yakni ketergantungan pada listrik, sehingga alat tidak akan berfungsi tanpa jaringan listrik. Karenanya, saya akan mengupayakan pengembangan bagaimana alat ini tetap bisa bekerja meski tanpa listrik. Mungkin bisa menggunakan baterai atau sumber energi lainnya," ujar dia.

Rektor IBI Darmajaya, Dr Andi Desfiandi, SE MA, mengatakan dalam rangka meningkatkan iklim penelitian di kalangan mahasiswa, IBI Darmajaya memang senantiasa mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi aktif melakukan penelitian dan menciptakan inovasi-inovasi terbaru yang kemudian dituangkan dalam karya ilmiah.

"Sejauh ini, iklim penelitian di IBI Darmajaya sudah cukup baik dan akan terus kami kembangkan menjadi lebih baik lagi. Mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, seorang mahasiswa harus melakukan penelitian hingga lahir beragam ide dan karya-karya inovatif yang mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas," ujar Andi lagi.

(B014/B012)

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014