Kami berharap, sampai akhir tahun ekspor CBU bisa tumbuh sampai 30 persen dibandingkan tahun lalu."
Jakarta (ANTARA News) - Dalam waktu dekat, tiga sampai lima tahun ke depan, industri otomotif diyakini akan menjadi andalan ekspor Indonesia.

Keyakinan itu pernah disampaikan Menteri Perdagangan M. Lutfi pada pembukaan Indonesia International Motor Show (IIMS) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pertengahan September 2014.

"Dalam lima tahun ke depan, industri otomotif akan menjadi penyumbang ekspor ketiga terbesar setelah kelapa sawit dan alas kaki," katanya di hadapan para duta besar, pemegang merek dan agen tunggal, serta pengusaha nasional yang hadir pada pembukaan pameran terbesar otomotif di Indonesia.

Ia memperkirakan dalam lima tahun tersebut ekspor otomotif akan tumbuh menjadi 11 miliar dolar AS.

Keyakinan yang sama dikemukakan Menko Perekonomian Chairul Tanjung baru-baru ini. Bahkan, Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) itu meyakini dalam tiga tahun mimpi itu bakal terwujud.

"Dalam tiga tahun, Indonesia akan menjadi net-eksportir otomotif," kata pengusaha nasional itu optimistis.

Hal itu bukan sesuatu yang mustahil tampaknya jika melihat kinerja industri otomotif beberapa tahun terakhir ini.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS), ekspor industri otomotif mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, seiring dengan peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, nilai impor turun.

Sepanjang Januari--Agustus 2014, total ekspor kendaraan dan komponen tercatat sudah mencapai 3,269 miliar dolar AS atau naik sekitar 12,36 persen dibandingkan periode yang sama pada 2013 sebesar 2,910 miliar dolar AS.

Sementara itu, impornya turun 22,40 persen dari 5,461 miliar menjadi 4,238 miliar dolar AS. Dengan demikian, defisit neraca perdagangan di sektor ini turun drastis, yaitu 163,2 persen.

Andalan

Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) industri otomotif atau yang masuk kelompok industri alat angkut masuk dalam salah satu industri andalan Indonesia untuk menjadi negara industri tangguh pada tahun 2035.

Selain industri alat transportasi, ada lima lagi kelompok yang menjadi andalan, yaitu industri pangan, industri farmasi, dan kosmetik, industri tekstil, alas kaki, dan aneka, kemudian industri elektronika dan telematika serta industri pembangkit listrik.

Keenam kelompok industri tersebut menjadi andalan dan fokus pengembangan industri nasional ke depan. Tidak hanya memenuhi pasar domestik, keenam kelompok industri itu juga diharapkan mampu bersaing di pasar global.

"Industri-industri tersebut tidak hanya menjadi substitusi impor, tetapi juga diharapkan mampu bersaing pada era perdagangan bebas," kata Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari.

Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan potensi pasar yang besar, termasuk di sektor otomotif. Dengan pendapatan per kapita yang terus meningkat dan kelas menengah yang bertambah, permintaan produk otomotif terus tumbuh.

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk menarik investasi di sektor otomotif untuk memperkuat basis industri di Tanah Air menjadi langkah jitu untuk menekan impor, dan mengurangi defisit perdagangan.

Vice President PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengakui sejumlah kebijakan yang diambil pemerintah dalam beberapa tahun terakhir ini relatif cukup kondusif bagi pengembangan industri nasional, termasuk di sektor otomotif.

Hal itu, setidaknya terlihat dari komitmen Toyota sebagai pemimpin pasar otomotif di Indonesia yang terus meningkatkan investasi di Indonesia. Bahkan, bisa mencapai lebih dari Rp20 triliun sampai 2020, seperti yang dikemukan CEO Toyota Motor Corporation (TMC) Akio Toyoda ketika berkunjung ke Jakarta pada tahun 2012.

"Setelah peningkatan kapasitas dari 120.000 unit menjadi 250.000 unit, kemampuan TMMIN memasok mobil ke pasar dalam negeri maupun ekspor meningkatkan pesat. Pengunaan komponen lokal dan penyerapan tenaga kerja juga naik tajam," kata Warih menggambarkan realisasi investasi Toyota di Indonesia.

Selain itu, lanjut dia, jumlah model mobil yang diproduksi Toyota di Indonesia juga bertambah, tidak lagi terbatas pada kendaraan serbaguna (MPV) seperti Kijang Innova dan mobil sport (SUV) seperti Fortuner.

Sejak tahun lalu, TMMIN mulai memproduksi sedan buntung (hatchback) seperti Etios Valco dan Toyota Yaris serta sedan Toyota Vios.

"Kini, lebih dari 90 persen mobil Toyota yang dijual di Indonesia sudah diproduksi di dalam negeri dengan penggunaan komponen lokal antara 60--80 persen," kata Warih.

Kendaraan yang diproduksi Toyota di Indonesia itu juga diekspor ke lebih dari 70 negara di dunia.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman M.R. memperkirakan ekspor mobil dari Indonesia tahun ini bisa menembus angka 200.000 unit.

"Ekspor mobil secara utuh (CBU) tahun lalu mencapai 170.958 unit, sementara pada bulan Januari--Agustus tahun ini telah mencapai 126.935 unit," katanya.

Total kapasitas produksi kendaraan secara nasional, diprediksi menembus 2.000.000 unit sampai akhir tahun.

Kontribusi

Dari jumlah ekspor mobil Indonesia ke berbagai negara tersebut, kontribusi terbesar, yaitu sekitar 70 persen berasal dari Toyota. Sisanya berasal dari merek lain dalam jumlah yang lebih kecil, seperti Suzuki dan Honda.

Pada bulan Januari--Agustus 2014 ekspor TMMIN untuk CBU mencapai 97.111 unit atau naik 24,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013. Ekspor tersebut terdiri atas Toyota Fortuner, Innova, Vios, Rush, Avanza, Town/Lite Ace, dan Agya.

"Kami berharap, sampai akhir tahun ekspor CBU bisa tumbuh sampai 30 persen dibandingkan tahun lalu," kata Warih.

Pada tahun 2013 ekspor mobil CBU Toyota melalui TMMIN mencapai 118.438 unit.

Selain CBU, TMMIN juga mengekspor kendaraan dalam bentuk terurai (completely knock down/CKD) sebanyak 27.800 unit pada bulan Januari--Agustus 2014 atau naik 15,4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013.

Selain itu, ada ekspor komponen sebanyak 41.551 unit dan ekspor mesin dalam bentuk Engine Assy sebesar 33.988 unit serta Engine Component 63.216 unit.

"Dari sisi nilai, ekspor Toyota telah mencapai lebih dari 12 miliar dolar AS sejak pengapalan perdana. Pada tahun 2013, Toyota mencatatkan nilai ekspor sebesar lebih dari 2,1 miliar dolar AS," kata Direktur Corporate and External Affairs TMMIN I Made Dana Tangkas.

Kinerja ekspor itulah yang membawa TMMIN dalam lima tahun terakhir menerima penghargaan dari Kementerian Perdagangan, yaitu Primaniyarta sejak 2009 sampai 2014. TMMIN merupakan satu-satunya perusahaan otomotif yang mendapat penghargaan bergengsi dari pemerintah itu.

"Kami sangat senang dan bangga serta berterima kasih atas apresiasi pemerintah terhadap kinerja ekspor perusahaan. Kami berharap semoga TMMIN dapat semakin meningkatkan kinerja eskpornya pada masa mendatang," kata Presdir TMMIN Masahiro Nonami.

Indonesia menjadi negara kedua di Asia Tenggara yang menjadi basis produksi dan ekspor terbesar Toyota ke dunia. Apalagi, TMC melihat industri otomotif akan menjadi salah satu fokus pengembangan industri nasional.

Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014