Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pedagang makanan di kawasan Jakarta Utara mengeluh naiknya harga sayur di pasaran tradisional akibat rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebelum akhir 2014.

"Sekarang harga sayuran sudah naik. Sebagai pedagang makanan seperti kami ya sebenarnya agak susah karena untuk jualan kita harus menambah modal," kata pemilik Warteg Ida Kusuma di kawasan Tanjug Priok, Jakarta Utara, Kamis.

Dengan naiknya harga sayuran itu menurut Ida berpengaruh terhadap pendapatannya karena modal yang dikeluarkan lebih banyak, sementara untuk harga jual perporsi makanan ia mengaku belum berani menaikkan harga.

"Meski sekarang harus mengeluarkan modal lebih banyak tapi untuk harga perporsi makanan, di sini masih sama, saya belum berani menaikkan harga karena takut pelanggan nanti protes dan berkurang. Jadi biar kami tidak rugi kami akali dengan mengurangi ukuran tiap porsi," imbuhnya.

Tak jauh berbeda Wati pemilik warung makan lainnya juga mengatakan akibat kenaikan harga sayuran pendapatannya menurun karena biaya yang dikeluarkan untuk modal menjadi lebih banyak.

"Sekarang harga barang di pasar naik, modal yang harus kita dikeluarkan untuk belanja menjadi bertambah. Karena modal tambah pendapatan jadi berkurang," kata Wati.

Ia menerangkan kenaikan harga tersebut diantaranya terjadi pada cabe, bawang, tomat, kentang, dan jenis sayuran lainnya yang merupakan bahan dasar dari jualannya.

"Harga cabe di pasar sekarang naik sekitar Rp10.000 per kilo gramnya. Cabe merah dari Rp35.000 naik hingga Rp50.000 per kilogramnya, cabe rawit dari Rp45.000 naik sampai Rp55.000 per kilo gramnya dan yang lainnya naik kira Rp5.000 per kilonya," tegasnya.

Meskipun para pedagang tersebut mengeluhkan kenaikan harga sayuran akibat rencana kenaikan harga BBM, mereka mengaku pasrah dan mendukung rencana pemerintah.

"Kami hanya bisa pasrah, kami hanya bisa berharap kepada pemerintah agar selalu memperhatikan kesejahteraan kami dan tidak membiarkan rakyat kecil seperti kami sengsara" pungkas Wati.

Pewarta: Rendhik A
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014