... LPG tiga kilogram seharga Rp15.000 dapat berjalan sejauh 255 kilometer...
Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga BBM bersubsidi telah diumumkan pemerintah beberapa hari lalu, dengan besaran yang sama, yaitu Rp2.000 untuk bensin premium dan solar. 

Argumen pemerintah, sebagian dana APBN untuk subsidi BBM itu bisa dialihkan ke sektor-sektor produktif, yang angkanya diperkirakan mencapai Rp120 triliun. 

Kenaikan harga ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, sebagian menganggap kenaikan tersebut memang sudah seharusnya, namun tidak sedikit yang justru mengecamnya.

Jauh sebelum harga BBM dinaikkan, sejumlah peneliti di Universitas Surya, Tangerang, sudah memperkirakan hal itu  akan terjadi.

Subsidi BBM, mereka katakan, menjadi semacam pisau bermata dua bagi pemerintah; pada satu sisi membebani anggaran, namun apabila dikurangi atau dicabut akan memberatkan nasib masyarakat.

Mereka menawarkan solusi penerapan bahan bakar gas (BBG) sebagai sumber energi utama, sebagai substitusi keperluan energi fosil bagi masyarakat. 

"Penelitian ini kami lakukan karena menyadari cadangan minyak di Indonesia makin hari terus menipis, sementara pengguna motor yang turut menyedot konsumsi BBM bersubsidi terus meningkat tiap tahunnya," kata Direktur Peneliti Pusat Inovasi dan Sertifikasi Universitas Surya, Pudji Untoro, di Serpong, Tangerang, Banten.

Motor ber-BBG, dia katakan, dapat berjalan dengan menggunakan sistem pengaturan berupa perangkat pengubah (converter kit). Dari pabriknya, kebanyakan motor bakar memakai BBM sebagai sumber energi sehingga diperlukan perangkat pengubah jika pemakai kendaraan ingin mengubah ke BBG. 

Secara sederhana, perangkat pengubah itu rangkaian alat untuk mengalirkan gas dari tabung ke ruang bakar mesin sesuai kebutuhan pembakaran mesin, sebagaimana dikehendaki pengemudi.

Mereka mengklaim kinerja mesin motor ber-BBG karya timnya merupakan yang paling sempurna walau penelitian tentang ini telah banyak dilakukan.

"Motor kami telah mengalami penyempurnaan dari penelitian-penelitian sebelumnya, dimana motor dapat dinyalakan secara mudah dan langsam," katanya.

Selain itu dia menambahkan, motor BBG karyanya juga tidak bermasalah seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Di antara "masalah klasik" itu adalah mesin mati apabila digas terlalu pelan ataupun malah saat digas terlalu kencang. "Di motor kami, mau gas pelan ataupun kencang tidak ada masalah," katanya.

Mereka telah meneliti pemakaian BBG --gas elpiji-- pada sepeda motor sejak 2010. "Alasan kenapa kami menggunakan elpiji adalah karena gampang ditemui dimana-mana," katanya.

Namun dia menjelaskan, motor BBG bisa berjalan menggunakan seluruh energi gas, baik itu elpiji, Liquid Natural Gas (LNG), Compressed Natural Gas (CNG), ataupun gas lain.

"Karakteristik bahan bakar gas semuanya sama, hanya perlu merubah sedikit setelan tergantung kebutuhan mesin dari gas yang digunakan," katanya.

Dia mencontohkan, sama seperti BBM, ada premium, pertamax, dan lain-lain yang memiliki perbedaan karateristik, namun pada dasarnya memiliki sistem kerja yang sama.

Menurut anggota Peneliti Universitas Surya, Arbi Dimyati, penggunaan BBG untuk sepeda motor lebih hemat biaya dan ramah lingkungan bila dibandingkan dengan menggunakan BBM.

Dimyati mengatakan, dari hasil uji coba yang telah dilakukannya, satu tabung "melon" LPG tiga kilogram seharga Rp15.000 dapat berjalan sejauh 255 kilometer. Padahal, jika menggunakan bensin premium, dengan rata-rata perbandingan satu liter mampu berjalan 40 kilometer, maka dibutuhkan 6,4 liter bensin, dengan harga Rp54.400.

Jadi, besaran penghematan biaya bisa Rp39.400. Sungguh jumlah yang sangat signifikan. "Hal ini menunjukkan penggunaan LPG pada sepeda motor dapat menghemat hingga lebih dari 50 persen biaya," katanya.

Adapun harga perangkat pengubah itu, menurut mereka, hanya Rp2 juta saja dengan waktu pemasangan cuma sekitar dua jam saja. 

Pada 2013, mereka mengujicoba dengan berbagai jenis dan tipe serta karakter sepeda motor. Bajaj Pulsar, Honda Beat, dan Honda Supra X, yang menempuh perjalanan dari Bandung ke Bali, pulang-pergi.

Nilai oktan LPG sebesar 106 juga jauh lebih tinggi dari nilai oktan pada bensin yang hanya sebesar 88, karena itu dia mengatakan, pembakaran akan lebih sempurna, mesin lebih bersih dan pada akhirnya akan mengurangi biaya perawatan.

Selain lebih hemat, dia mengatakan, penggunaan LPG pada sepeda motor juga dapat mengurangi polusi karena menghasilkan emisi gas nitrogen oksida (NOx)dan karbondioksida (CO2) lebih sedikit dari pada premium, sehingga gas emisi yang dibuang lebih sedikit mengandung polutan.

"Motor berbahan bakar LPG juga lebih ramah lingkungan jika di bandingkan motor bensin," katanya.

Mengenai faktor keamanan, dia mengklaim motor besutannyaa sangat aman dikendarai tidak berbeda dengan yang menggunakan bensin.

Dia mengatakan, munculnya kasus ledakan yang banyak terjadi pada pengguna tabung gas di rumah adalah karena lokasi penyimpanannya yang tertutup. Bocoran gas akan berpusat dan mengumpul pada satu tempat, maka saat menyambar api bisa menyebabkan kebakaran hingga ledakan.

Namun pada sepeda motor, dia menjelaskan, karena lokasi tabung berada di ruang terbuka dan sifat gas yang mudah terbawa angin, maka kecil kemungkinan tabung meledak meskipun terjadi kebocoran pada tangki, selang penyalur, dan klep-klepnya.

Dia mengatakan, dalam proses penelitian, pihaknya telah melakukan sejumlah metode terkait unsur keselamatan dalam menggunakan motor berbahan bakar gas seperti saat motor terjatuh hingga selang gas yang putus.

"Dudukan harus kuat dan melindungi tabung, sehingga saat terjatuh aman, sementara saat selang gas putus, secara otomatis tabung tidak mengeluarkan gas," katanya.

Selain itu, untuk menghindari kebocoran, dia menjelaskan, salah satu unsur paling penting dalam sistem keamanan sepeda motor BBG adalah regulator gas, karena hampir seluruh kasus yang melibatkan tabung gas terletak pada permasalahan regulator yang bocor.

"Regulator harus yang berkualitas, agar tidak ada kebocoran gas," katanya.

Dia mengatakan, sudah ratusan orang menggunakan sepeda motor BBG rancangan tim mereka. "Total ada lebih dari 200 orang menggunakan motor BBG dalam dua tahun terakhir dan hingga sekarang berjalan tanpa masalah," katanya.

Dia mengatakan, pihaknya juga telah melakukan kerjasama dengan sejumlah pelaku industri otomotif untuk memasyarakatkan sepeda motor BBG.

"Kami juga sedang dalam proses penjajakan dengan suatu merek sepeda motor guna menjadikan sepeda motor gas produk massal," katanya.

Dia juga mengatakan ada 100 sepeda motor operasional TNI AD yang tahun ini menggunakan BBG dengan konventer kit karyanya. Adalah Kodam Iskandar Muda di Banda Aceh yang memberi perangkat ini pada becak-becak bermotor di sana. 

Dengan keberhasilan mengembangkan motor gas, kini Universitas Surya terus melakukan eksperimen agar bisa menciptakan motor berbahan bakar sampah.

Pudjo Untoro mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan energi biogas, yang berasal dari sampah maupun kotoran untuk bisa menjadi bahan bakar kendaraan motor BBG.

"Kami harapkan sampah juga bisa menjadi sumber energi bagi kendaraan bermotor. Ini sedang dalam pengembangan," katanya.

Oleh Akbar Gumay
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014