Itu dugaan sementara menyerupai antraks, tapi pastinya kami masih nunggu hasil uji laboratorium,"
Blitar (ANTARA News) - Belasan sapi milik peternak di Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mati mendadak dengan gejala mirip terkena penyakit antraks.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Blitar Yuda Satya, Kamis, mengatakan, dari hasil pemeriksaan awal ada dugaan yang mengarah ke penyakit menyerupai antraks.

"Itu dugaan sementara menyerupai antraks, tapi pastinya kami masih nunggu hasil uji laboratorium," katanya dikonfirmasi terkait laporan belasan sapi milik peternak di Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, mati.

Dinas terkait, kata Yuda Satya, kini intensif memberikan vaksin guna mencegah penularan penyakit itu.

Ia mengatakan, uji laboratorium itu dilakukan di Malang dan Yogyakarta, sebab fasilitas di tempat tersebut lebih lengkap. Laboratorium yang dimiliki oleh Dinas Peternakan Kabupaten Blitar masih minim, sehingga harus mendapatkan dukungan dengan uji laboratorium di tempat yang lebih bagus.

Diungkapkan bahwa saat ini masih dilakukan pemeriksaan terkait dengan sampel ternak yang mati tersebut. Ternak yang mati itu berada di satu lokasi, dan mati beruntun.

Ia juga mengatakan, ternak mati yang ditangani oleh dinas adalah empat ekor. Pemilik sendiri mengaku kehilangan 14 ekor ternaknya, tapi yang dilaporkan ke dinas adalah empat.

Dua ekor sapi milik Yudiono (39), seorang peternak sapi asal Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, diketahui mati mendadak. Dua ekor sapi itu dibungkus dengan terpal oleh petugas dari Dinas Peternakan Kabupaten Blitar. Rencananya, dua ekor bangkai sapi itu akan dikuburkan.

Yudiono mengatakan, sampai saat ini sudah 14 ekor ternak sapinya yang mati mendadak. Cara mati ternak itu juga mengenaskan, ada yang kencing darah sampai setengah jam lalu mati, serta ada juga yang tiba-tiba roboh dan muntah darah dari hidung lalu mati.

Ia mengatakan, kematian ternaknya sebenarnya sudah terjadi sejak menjelang perayaan Idul Adha 2014. Awalnya hanya satu, tapi secara tiba-tiba kematian juga terjadi pada ternaknya yang lain.

"Dalam satu pekan ini ada delapan ekor yang mati. Kejadian awalnya menjelang Idul Adha kurang tiga hari," katanya.

Yudiono sempat memberikan antibiotik pada ternaknya yang sehat. Namun, hal itu nyatanya tidak mempan, sebab masih ada saja ternak miliknya yang mati.

Bahkan, saat ini produksi susu dari ternaknya juga ditolak oleh KUD. Ia tidak mengetahui dengan pasti penyebabnya, tapi dimungkinkan karena banyaknya ternak miliknya yang mati mendadak.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014