Mukomuko (ANTARA) -
Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengungkapkan penyebab kematian 20 ekor ternak sapi di wilayah Kecamatan Kota Mukomuko, dalam kurun sebulan terakhir karena terjangkit penyakit jembrana.
 
"Hasil pemeriksaan kami, sapi-sapi yang mati di wilayah ini akibat penyakit jembrana," kata Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan P2HP Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Yeni Misra di Mukomuko, Jumat.
 
Ia mengatakan hal itu menanggapi beredarnya foto dan video sapi mati di wilayah Kecamatan Kota Mukomuko yang di media sosial Facebook dan grup WhatsApp.
 
Ia membantah, adanya dugaan penyebab kematian sapi yang dilepasliarkan oleh pemiliknya tersebut akibat diracun oleh pihak yang kesal melihat sapi dilepasliarkan di kebun kelapa sawit.
 
"Kami sudah periksa bangkai sapi tersebut, dan penyebabnya murni karena terjangkit penyakit jembrana," ujarnya pula.
   
Terkait banyaknya sapi mati akibat jembrana di wilayah ini, bahkan ada video warga yang membuang sapi mati ke sungai, ia mengatakan, instansinya terlambat mencegahnya karena bangkai sapi sudah hanyut ke sungai.
 
"Tidak ketemu di sungai, memang sudah hanyut, bahkan mau dihanyut kandangnya tetapi sapi-nya masih ada di kandang tersebut," ujarnya.
 
Kemudian mengenai video tersebut, sejumlah warga yang beternak sapi datang ke dinas ini untuk meminta solusi bagaimana dengan sapi yang masih hidup, bagaimana solusinya sapi yang ada di kandang, ada yang sakit ada yang sehat.
 
Ia mengatakan, perbuatan membuang sapi mati akibat jembrana ke sungai tersebut dilarang oleh penyayang lingkungan dan pelakunya bisa terkena sanksi sesuai aturan yang berlaku.
 
Selain itu, katanya, penyakit yang diderita oleh sapi mati yang dibuang ke sungai juga bisa menular ke sapi-sapi yang meminum air sungai.
 
Selanjutnya, ia meminta kepada warga segera melaporkan hewan ternaknya yang terjangkit penyakit jembrana ke dinas ini agar diobati dan ternak yang belum terjangkit diberikan vaksin untuk mencegah ternak terjangkit penyakit ini.
   
 

Pewarta: Ferri Aryanto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024